Rabu 20 May 2020 05:17 WIB

Harkitnas di Akhir Ramadhan, Bersatu Melawan Covid-19

Kemajemukan bangsa ini telah diikat dengan landasan kesatuan berbangsa.

Pengibaran bendera merah putih di Harkitnas.
Foto:

Melalui Ramadhan, ikhtiar untuk menegakkan ketakwaan itu telah dilatih dengan berbagai amal ibadah untuk memperkokoh keimanan serta citra diri bangsa. Berbekal kesucian diri yang dikembangkan dengan berpikir secara jenih dan berdasarkan nurani yang dalam, menjadi modal utama untuk membangun citra keislaman yang indah, sejuk, dan damai, sehingga diharapkan berpotensi besar terhadap upaya memperkokoh karakteristik bangsa.

 

Kesadaran keimanan serta ketakwaan yang amat tinggi itu, diharapkan melimpah kepada nilai-nilai kehidupan secara menyeluruh. Terutama atas kesadaran yang mendalam akan kehadiran Tuhan dalam hidup ini, semua pihak dilatih untuk mampu menahan diri dari dorongan “hawa nafsu”. Dikatakan dalam sebuah hadits Nabi, bahwa bila seseorang berpuasa tetap melakukan amal buruk seperti omongan palsu, fitnah, sikap menyakiti orang lain, dan sebagainya, maka Tuhan tidak perlu kapada puasanya itu, atau sia-sia belaka ibadah puasanya. Dengan begitu puasa dapat dimaknai sebagai pancaran dari perilaku berbudi luhur, yang sekaligus berfungsi sebagai proses pertobatan pada saat kapan saja manusia menjalani kehidupannya. 

 

Demikian halnya dengan dimensi sosial dari ibadah Ramadhan, terutama ditunjukkan berupa rasa empati kepada orang yang berada dalam kesusahan. Dengan anjuran untuk peduli dan membantu fakir-miskin, melalui zakat fitrah dan zakat mal, selain berarti penyucian terhadap harta kekayaan, juga menegaskan bahwa harta tidak boleh diperoleh melalui cara-cara yang tidak benar, batil, atau dengan penindasan terhadap hak orang lain.

 

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesama dengan jalan yang batil, kecuali dengan perniagaan yang berlaku suka sama suka di antara kamu." (QS Al-Nisa, 4:29). Pentingnya amal sosial tersebut juga sangat membantu meningkatkan derajat kemanusiaan dalam kehidupan berbangsa. 

 

Seiring kebangkitan nasional, yang patut direncanakan sebagai tindak lanjut dari hikmah kemanusiaan di bulan suci Ramadhan ini, ialah bagaimana suasana tersebut dapat dijadikan tonggak yang terpancang kuat untuk membangun karakteristik umat dan bangsa yang semakin kokoh, bersatu, dan penuh kedamaian. Untuk ini sedikitnya dua agenda yang mesti dicanangkan.

 

Pertama, membangun harmoni sosial di tengah kehidupan masyarakat multikultural. Apabila kini disaksikan banyak aksi kekerasan melalui media elektronik maupun media massa, baik yang dipicu konflik politik, etnis maupun atas nama agama, terjadi di mana-mana. 

 

Maka diperlukan prinsip dan sikap tasammuh (toleransi) yang tinggi. Pandai menghormati dan menghargai orang lain yang berbeda, baik dari segi agama, suku, bangsa, budaya, maupun politik.

 

Tanpa sikap demikian, tidak mustahil kemajemukan akan selalu memicu terjadinya ketegangan, bahkan dapat mengancam persaudaraan umat beragama dan persatuan Indonesia. Prinsip bhineka tunggal ika mesti dijaga dengan sikap saling menghormati dan menghargai terhadap segala perbedaan. 

 

Kedua, membangun karakteristik bangsa yang berbudi luhur. Untuk ini, langkah strategis yang patut dikembangkan pasca-Ramadhan ini, antara lain membebaskan dan memerdekakan pribadi, keluarga, umat, dan bangsa ini berbagai belenggu kehidupan.

 

Dimulai dengan menghindari perbuatan dosa, atau segala perbuatan yang mengandung keingkaran kepada Tuhan, hingga menjauhkan diri dari segala perbuatan sia-sia. Lebih dari itu, membentengi penyelewengan terhadap karakter bangsa yang disebabkan pengaruh kebudayaan dunia, seperti materialisme, hedonisme, otoritarianisme, bahkan pluralisme yang menyesatkan. Belenggu kehidupan semacam itu mesti ditepis dan dikendalikan dengan pola hidup bermoral tinggi dalam setiap lingkungan sosial.

 

Akhirnya, kepada para pemimpin dan semua lapisan masyarakat pada umumnya, hendaknya optimistis dan terus menerus bekerja sama untuk memperkokoh karakter masyarakat dan bangsa, dengan membangun sikap toleransi yang tinggi, mendorong tegaknya supremasi hukum dan terciptanya keadilan sosial, sehingga harmoni sosial di tengah kehidupan masyarakat yang tengah diterpa wabah ini segera menjadi kenyataan. Pada saatnya nanti diharapkan keserasian dalam kehidupan dapat dicapai, citra diri kebangsaan akan bangkit dan lebih bermartabat. Semoga bermanfaat.

-- Yogyakarta, 14 Mei 2020

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement