REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (MUKISI) menyatakan, terjadi penurunan pasien di rumah sakit (RS) sebagai dampak pandemi Covid-19. Karena pasien khawatir tertular Covid-19.
"Secara umum, kondisi RS anggota MUKISI mengalami penurunan pasien, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap," ujar Sekretaris Jenderal MUKISI Burhanuddin Hamid, dalam diskusi virtual yang digelar Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) pada Senin, (18/5).
Dari hasil survei yang dilakukan MUKISI terhadap RS anggotanya, pasien rawat jalan kini menurun 30 sampai 80 persen atau rata-rata 50 persen. Penurunan tersebut termasuk poliklinik dan perawatan. "Hal ini karena orang takut datang ke RS. Mereka takut ketularan (Covid-19)," ujar Burhanuddin.
Sementara pasien rawat inap turun 25 sampai 70 persen, atau rata-rata 40 persen. "Kalau pasien rawat jalan turun, otomatis pasien rawat inap juga menurun karena rawat jalan merupakan pembuka atau pintu masuk rawat inap," kata dia.
Burhanuddin menyebutkan, saat ini belum bisa dipastikan berapa RS anggota MUKISI yang menjadi RS rujukan Covid-19. Kebanyakan RS rujukan merupakan RS besar atau milik pemerintah.
"Tapi di beberapa RS anggota bisa melayani kasus Covid-19. Hanya saja untuk menjadi RS rujukan tidak mudah, requirement yang disiapkan harus banyak," ujar Burhanuddin.
Dia menambahkan, sebanyak 89 persen anggota MUKISI menilai, penerapan nilai syariah di RS berdampak positif. Terutama terkait suasana kerja, ketenangan, serta kesabaran Sumber Daya Manusia (SDM) di RS masing-masing.
"Karena dalam satu standar RS syariah, ada pembinaan rutin yang harus dijalankan ke semua staf. Dengan hal ini, penguatan aspek spiritualitas menjadi modal hadapi masa sulit," kata Burhanuddin.