Senin 18 May 2020 01:16 WIB

Angkatan Corona 2020, Berpisah tanpa Perpisahan

Pelajar angkatan 2020 mengalami kondisi serba berbeda di masa pandemi corona.

Andi Nur Aminah
Foto: Republika/Daan Yahya
Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID,oleh Andi Nur Aminah*

Punya dua anak yang tahun ini akan berganti seragam sekolah, cukup menyita perhatian saya. Si sulung tamat SMA dan yang bungsu tamat SMP. Dua-duanya menjadi angkatan yang di dunia maya ramai disebut 'lulus jalur corona'.

Saya tentu tak sendiri merasakan gegap gempita di rumah menyiapkan dua anak yang akan ujian. Jelang diumumkannya secara resmi pembatalan Ujian Nasional 2020 pekan terakhir Maret 2020 lalu, putri saya masih sempat kasak kusuk minta diantar ke sekolah untuk mengambil kartu ujian.

Lalu pada Selasa (24/3), melalui video conference, Presiden Joko Widodo menyampaikan pengumuman pembatalan Ujian Nasional 2020. Dua anak saya menanggapi beragam pengumuman itu. Simak saja celotehan mereka: "Saya lulus nanti pakai apa dong?". "Untung enggak ikutan bimbel, udah capek-capek, bayar mahal, tau-tau UN enggak ada". "Alhmadulillah, nggak jadi UN." "Nanti ijazahnya emang bakal dikasih bentuk PDF?"

Mereka bahkan sampai mengingatkan saya jangan sampai telat membayar internet. Maklum, mereka belajar dari rumah, dan saya bekerja dari rumah, menjadikan ketergantungan dengan koneksi internet yang lancar menjadi satu keharusan. Saya pun menyakinkan mereka, internet akan aman dan lancar, tinggal berusaha belajar yang tekun saja sembari tentu saja selalu berdoa.

Hampir bersamaan dengan pengumuman resmi tak ada UN 2020, undangan bergabung di Whatsapp grup sekolah pun berdatangan. WAG itu beranggotakan kami, para orang tua siswa dan guru. Berbagai informasi dan pengumuman pun dilempar melalui grup tersebut. Selain WAG orang tua dan guru, WAG antara murid dan guru juga ada.

Standar kelulusan melalui UN kemudian digantikan dengan ujian sekolah (US). Maka saat ujian sekolah dilaksanakan, anak saya pun melaksanakannya dari rumah. Ritual  'seolah-olah ke sekolah' dilakukan. Bangun pagi seperti biasa, lalu mandi dan mengenakan seragam sekolah. Setelah rapi, dia siap di depan laptop menunggu waktu ujian dengan masuk di Google Classroom.

Tak lupa, absensi dilakukan tentu saja melalui WAG. Ada kalanya, sang guru menyampaikan ke WAG orang tua bahwa si A belum absen dan minta anaknya segera konfirmasi karena ujian segera dimulai. Belum lagi, sebelum ujian dimulai, kami orang tua harus mengirimkan foto anak-anak yang siap melaksanakan ujian. Jika ujian hari itu dilaksanakan tiga mata pelajaran, maka foto di setiap memulai dan mengakhiri pelajaran yang diujikan pun harus dikirimkan sebanyak tiga kali.

Mengenang ujian virtual dengan berbagai kasak kusuknya di rumah itu, saya membayangkan bagaimana lagi jika anak-anak ini akan menggelar perpisahan virtual. Saat penyampaian kelulusan pada 2 Mei lalu, sejumlah sekolah pun secara online menggelar acara. Mereka tak mau ketinggalan aksi corat coret baju seragam seperti yang dilakukan kakak angkatan mereka sebelumnya.

Maka jagad maya media sosial sejumlah siswa pun jadi penuh warna. Ada foto serombongan siswa berseragam putih abu-abu, dengan seorang guru memegang rangkaian bunga di tengah-tengah mereka. Baju putih siswa tersebut penuh dengan bekas cat semprot warna warni. Wajah-wajah mereka tersenyum ceria.

Lalu ada lagi baju seragam putih dibubuhi coretan tandatangan yang full colour. Foto-foto bareng bertuliskan Happy Graduation, pun dipajang.

Berbagi foto kebersamaan, meski itu moment yang sudah berlalu pun kembali disebar. Ada yang saat acara paskibra, pramuka, lomba menari, pentas seni, pesantren kilat dan lainnya. Mereka sebarkan foto-foto tersebut sambil berucap 'Selamat lulus kawan' sebagai obat rindu pada kawan-kawan yang dua bulan lebih tak saling jumpa. Namun, semua itu hanya virtual belaka.

Maka suatu malam, ketika anak saya datang sambil berkaca-kaca memperlihatkan foto dan video yang dibuatnya bersama kawan-kawan sekolahnya awal Februari lalu di telepon genggamnya, saya hanya bisa merangkul dan menenangkannya. Meleleh rasanya saat dia berbisik, "Aku kangen teman-teman, guru, kangen sekolah..."

Angkatan corona, angkatan 2020, kalian menjadi angkatan yang penuh cerita. Segala persiapan, segala rencana yang sudah disusun dengan rapi, semuanya buyar begitu saja, akibat datangnya virus bernama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona.

Jangan khawatir, angkatan kalian akan terkenang sepanjang masa, tak hanya di Indonesia, tapi hingga ke penjuru dunia. Kalian bernasib sama dengan seluruh pelajar di dunia yang kini sama-sama mengalami pandemi virus. Kalian usai sebelum waktunya, dan kalian istirahat bukan pada jamnya. Kalian tamat mendadak, menjadi alumni mendadak, yang harus berpisah tanpa ada perpisahan.

Pandemi Covid-19, memang telah mengubah banyak hal. Dan kini, kita dituntut untuk beradaptasi dengannya. Bersiaplah.

*) penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement