Ahad 17 May 2020 13:35 WIB

Italia Akui Ambil Risiko Longgarkan Lockdown

PM Italia tak menampik kurva yang turun ini bisa naik kapan saja.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Italia Giuseep Conte.
Foto: AP Photo/Gregorio Borgia
Perdana Menteri Italia Giuseep Conte.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte mengakui telah mengambil risiko yang diperhitungkan dengan melonggarkan lockdown. Peraturan yang mulai diberlakukan dengan memperbolehkan perjalanan masuk dan keluar Italia tanpa adanya karantina akan berlaku mulai 3 Juni.

"Kami menghadapi risiko yang diperhitungkan dalam pengetahuan bahwa kurva penularan akan naik lagi," kata Conte dalam pidato yang ditayangkan Sabtu (16/5) malam, dikutip dari BBC.

Baca Juga

Conte menyatakan, pemerintah sadar kurva yang saat ini turun bisa kembali naik kapan saja. Namun, untuk menunggu vaksin tersedia secara massal akan dibutuhkan waktu yang lama. "Kita harus menerimanya kalau tidak kita tidak akan pernah bisa memulai lagi," kata Conte.

Pelonggaran peraturan karantina wilayah ini juga akan membuat gym, kolam renang, dan pusat olahraga dibuka kembali pada 25 Mei. Toko-toko dan restoran-restoran dibuka kembali mulai 18 Mei dengan menerapkan jarak sosial. Sedangkan bioskop dan teater pada 15 Juni.

Conte mengatakan, bisnis Italia tidak mampu menunggu sampai vaksin ditemukan, karena akan berakhir dengan struktur ekonomi dan sosial yang sangat rusak.

Beberapa wilayah Italia menyerukan pelonggaran pembatasan yang lebih cepat, tetapi pemerintah pusat akan melakukan secara bertahap untuk menghindari gelombang kedua.

Langkah-langkah besar ini dalam upaya Pemerintah Italia untuk memulai kembali perputaran ekonomi setelah lebih dari dua bulan menerapkan lockdown. Negara ini memang menjadi salah satu wilayah yang menerapkan karantina wilayah pertama di Eropa ketika virus korona masuk pada Februari.

Pengumuman Conte datang tak lama setelah negara yang dulunya merupakan pusat pandemi global melaporkan penurunan lebih lanjut dalam jumlah kematian hariannya. Dilaporkan lebih dari 900 kematian pada 27 Maret lalu. Namun kini pihak berwenang mengatakan hanya ada 153 dalam 24 jam terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement