REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Harga gula pasir yang ditawarkan para pedagang di sejumlah pasar tradisional maupun di toko-toko swalayan dan ritel terkemuka di Kota Ambon, Provinsi Maluku, masih bervariasi dan belum mengalami penurunan yang signifikan.
Berdasarkan pantauan di lokasi pasar Mardika, Jumat (15/5), para pedagang mematok harga gula pasir KBA pada kisaran Rp 19 ribu hingga Rp 20 ribu per kilogram (kg). "Harga gula pasir belum turun, masih terus bertahan, bahkan kami takut menjelang hari raya akan bergerak naik lagi," kata Udin, salah seorang pedagang saat ditemui.
Udin mengaku pedagang masih mematok harga jual Rp 19 ribu per kilogram, karena pasokan gula pasir KBA yang dibeli dari agen belum tentu ukurannya sesuai yang diterima pedagang. Padahal, berdasarkan penghitungan, apabila satu karung berisi 50 kilogram senilai Rp 880 ribu, maka seharusnya harga penjualan eceran adalah Rp 17.600 per kilogram.
"Jadi untuk menutupi kerugian kami mematok harga Rp 19 ribu per kilogram dan harga ini sudah berjalan sejak April 2020," ujar Udin.
Ia juga sudah mengetahui harga gula di toko-toko swalayan dan ritel terkemuka yang sudah turun hingga mencapai Rp 13 ribu per kilogram. Namun, para pengusaha toko swalayan maupun ritel membeli pasokan gula pasir kristal tersebut dari pusat grosir terbesar dan jenisnya bukan KBA seperti di pasar tradisional.
Salah seorang pembeli, Murni, membenarkan penjualan gula pasir di Indo Grosir sebesar Rp 13 ribu per kilogram, hanya saja pembelian masyarakat dibatasi hanya dua kilogram saja. "Gula pasirnya putih bersih, hanya saja kurang begitu manis sama dengan gula KBA. Mudah-mudahan ada perhatian dari pemerintah daerah terhadap kebutuhan yang satu ini terutama penerapan harga," kata Murni.
Murni menambahkan, biasanya Bulog Maluku melakukan stabilisasi harga, dengan menjual beras, gula pasir dan juga minyak goreng baik melalui operasi pasar maupun Rumah Pangan Kita (RPK). Namun, belum ada tanda-tanda Bulog akan melakukan upaya tersebut.