REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2005-2015, Din Syamsuddin mengungkapkan, hasil perbincangan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang pernah meminta bantuan Muhammadiyah untuk menghadapi para mafia berbagai sektor di negeri ini. Kisah itu disampaikan Din saat diundang menjadi narasumber di channel YouTube Refly Harun yang ditayangkan pada Selasa (12/5). Din yang memakai baju koko putih buka-bukaan dengan Refly yang memakai kaca mata hitam, topi, dan headset serba hitam.
"Pemerintah Jokowi, terutama pada periode kedua ini menurut hemat saya, bermula dan memulai dari catatan, dari sesuatu yang patut kita catat, terutama proses pilpres itu sendiri. Sampai kepada stuffing, staf kabinet. Bagaimana hubungan dengan oligarki, dengan kleptokrasi," kata pemilik nama asli Muhammad Sirajuddin Syamsuddin itu.
Din pun akhirnya membongkar pertemuannya dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan medio Juni 2015 lalu. Din yang datang bersama pengurus PP Muhammadiyah disambut Jokowi. Kala itu, kedua pihak membahas tentang mafia di pemerintahan yang ingin diberantas Jokowi.
"Saya punya pengalaman pribadi. Suatu waktu, soal ketaksungguhan, termasuk dalam menghadapi kleptokrasi dan oligarki itu. Beliau itu dulu pernah ya sewaktu saya memimpin PP Muhammadiyah ke Istana, mungkin yang ada gambar beliau pakai baju militer. Minta tolong, kepada PP Muhamamdiyah untuk membantu pemerintah menghadapi dan mengatasi (mafia)," ujar Din.
Dalam pertemuan itu, menurut Din, Jokowi menyebut berbagai mafia satu per satu, mulai mafia beras, gula, garam, daging, sampai ke mafia pendidikan. "Itu jumlahnya belasan itu. Kami bilang siap (membantu Jokowi melawan para mafia). Tapi apa yang terjadi? Mafia merajalela, mafia semakin merajalela," kata ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.
Pakar hukum Refly Harun selaku tuan rumah, yang penasaran menanyakan lebih detail kepada Din apakah mafia itu berganti atau tetap orang yang sama? "Oh saya gak tahu, saya bukan ahli mafiologi kriminologi, tapi kenyataannya ada dan masih kuat. Ini akan merusak tatatan good governance."
Dia pun menyoroti ada oknum-oknum tertentu di pemerintahan yang mencooba meraup keuntungan dengan posisi yang dijabatnya sekarang. "Ternyata ada pihak-pihak yang mencari keuntungan dari posisinya di kehidupan negara ini. Kalau mau terus terang," kata Din menjawab pertanyaan Refly.
Din memiliki pandang pribadi kepada Jokowi sebagai sosok yang baik. Namun, sambung dia, Jokowi dianggapnya tak mampu mengatasi orang-orang di sekitarnya. Pengalaman itu ia dapat selama setahun lebih menjadi utusan khusus presiden untuk dialog dan kerja sama antaragama dan peradaban pada 2017-2018. "Cuma saya bilang, 'Bapak ini orang baik, tapi saya lihat Bapak ini tidak mampu mengatasi orang-orang yang berinat buruk di sekitarnya'. Beliau diam saja (saya berkata begitu)," ucap Din.