REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Kedutaan Amerika Serikat menawarkan bantuan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat guna mempercepat penanganan pandemi COVID-19. Bantuan yang ditawarkan mulai dari alat uji Polymerase Chain Reaction (PCR/swab), hingga bantuan ahli medis.
Perwakilan United States Embassy Heather Variava mengakui tes PCR sangat penting dalam membuka peluang kembali berjalannya roda ekonomi di Jabar. Selain itu, Heather juga menawarkan bantuan ahli dari Centers for Disease Control (CDC) dan Badan Pembangunan Amerika Serikat.
“Pengujian PCR sangat penting, dan pertanyaan saya adalah bagaimana kita dapat membantu Anda meningkatkan jumlah pengujian PCR, karena kami melihat pengujian adalah kunci untuk dapat membuka kembali perekonomian,” ujar Heather dalam bahasa Inggris saat Virtual Roundtable Discussion with Foreign Ambassadors dari Gedung Pakuan Bandung, Senin (11/5) sore.
Menurut Heather, ia ingin menawarkan ahli dari Kedutaan. "Kami memiliki pakar dari CDC dan Badan Pengembangan Internasional AS. Saya berharap pemikiran Anda tentang topik itu dan ingin menawarkan dukungan agar dapat bekerja sama dengan tim Anda,” katanya.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil merespons bantuan Kedutaan AS tersebut. Menurutnya, Jabar memang membutuhkan banyak alat uji PCR. Karena, untuk membuktikan bahwa lingkungan kerja suatu perusahaan bebas COVID-19 harus melalui tes masif PCR seluruh karyawan, jadi perusahaan tersebut akan diizinkan beroperasi.
“Kami butuh suplay alat PCR dalam jumlah besar. Bukan saja untuk orang yang terduga COVID-19, tapi juga untum membuka kembali ekonomi, “ ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.
Jadi, menurut Emil, pesan penting untuk para duta besar adalah Jabar terbuka untuk bisnis tapi para investor harus menunjukkan lingkungan kerjanya bebas COVID-19 yang dibuktikan dengan sertifikat.
Ihwal bantuan para ahli, Emil ingin ada studi ilmiah dan prediksi dari universitas-universitas di Amerika Serikat tentang kondisi pandemik di Jabar. Hasil studi luar negeri akan jadi pembanding studi serupa yang dilakukan oleh universitas di Jabar.
“Saya bisa suplai Anda dengan data dan melihat apakah prediksi universitas kami kurang lebih sama atau beda dengan penelitian yang dikakukan jaringan universitas di Amerika,” kata Emil.