REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebanyak 30 orang melalukan karantina mandiri untuk mencegah penyebaran virus Corona (Covid-19) dari klaster atau penularan yang berasal dari Pasar Simo Surabaya. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Timur memastikan prosedur kesehatan telah dijalankan dengan baik di lingkungan pasar tradisional tersebut.
"Pasar juga telah ditutup sejak 7 Mei 2020," ujar Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi kepada wartawan di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Senin (11/5) malam.
Berawal dari pasangan suami istri berusia 76 dan 65 tahun yang sehari-harinya beraktivitas di pasar tersebut tiba-tiba jatuh sakit pada 23 April lalu. Keduanya diopname di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya.
Menurut dr Joni, pada 26 April sang suami telah meninggal dunia dengan status terkonfirmasi positif Covid-19, lalu menyusul istrinya meninggal dunia pada 2 Mei. "Sudah dilakukan pemeriksaan swab, tetapi hasilnya belum keluar," ucapnya.
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah dr Soetomo Surabaya itu menyampaikan selanjutnya dilakukan tracing terhadap 30 orang yang diketahui pernah kontak dengan pasangan suami istri tersebut. "Semuanya sudah dilakukan rapid test. Hasilnya satu orang reaktif dan sedang ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab," katanya.
Meski cuma seorang yang hasil rapid test-nya reaktif, dr Joni memastikan semuanya hingga kini masih dilakukan karantina mandiri dengan pengawasan petugas medis dari puskesmas di wilayah setempat. "Prosedur kesehatan telah dijalankan dengan sangat baik oleh Puskesmas Simomulyo. Mudah-mudahan kasusnya berhenti sampai di sini," tuturnya.