REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sebuah video berdurasi singkat beredar di kalangan masyarakat Tasikmalaya pada hari pertama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Rabu (6/5). Dalam video itu, sejumlah warga justru bermain sepak bola di tengah Jalan HZ Mustofa. Warga seolah tak peduli dengan aturan-aturan yang terdapat dalam Peraturan Wali Kota (Perwalkot) Tasikmalaya Nomor 12 Tahun 2020 tentang PSBB.
Aksi itu dilakukan oleh beberapa orang dewasa dan anak-anak. Beberapa di antara mereka bahkan tak mengenakan masker.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id pada Rabu (6/5) siang, kawasan pusat pertokoan itu merupakan salah satu jalan yang ditutup selama penerapan PSBB. Namun, pada hari pertama PSBB mayoritas toko dan pedagang kaki lima di kawasan itu masih berjualan.
Petugas gabungan polisi dan satuan polisi pamong praja (Satpol PP) melakukan sosialiasi mengenai PSBB. Toko dan pedagang yang masih berjualan diminta tidak berjualan 14 hari ke depan selama PSBB.
Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat, Satpol PP Kota Tasikmalaya, Yogi Subarkah membenarkan kejadian yang viral di media sosial itu. Namun, itu bukan warga sengaja bermain bola. Menurut dia, aksi itu dilakukan sejumlah pedagang yang terdampak PSBB di kawasan pertokoan Jalan HZ Mustofa, Kota Tasikmalaya.
"Ketika kita tutup kawasan itu dari Masjid Agung, anggota terus bergerak sampai ujung kawasan itu melakukan sosialisasi. Namun, di toko yang sudah dilewati, kita dapat laporan ada yang bermain bola," kata dia saat dikonfirmasi.
Mendapati laporan itu, petugas kembali ke tempat yang terdapat sejumlah warga bermain bola. Petugas memberikan arahan agar mereka tidak membuat kerumunan.
Setelah itu, Yogi menambahkan, petugas di lapangan kembali bergerak melakukan sosialisasi. Namun, pihaknya kembali mendapat laporan warga bermain bola lagi di tengah jalan."Kita datangi lagi, kita beri arahan. Karena sudah dua kali, kita tempatkan anggota di sana," kata dia.
Yogi mengatakan, petugas tak langsung memberi tindakan tegas kepada warga yang berkerumun dan bermain bola itu. Sebab, ia memahami kondisi psikologis para pedagang yang terdampak PSBB tersebut.
"Mereka sedang berusaha mencari nafkah, tapi harus tutup selama PSBB. Saya kira, itu sebagai luapan kejiwaan mereka," kata dia.
Kendati demikian, adanya kejadian itu akan menjadi bahan evaluasi pengawasan PSBB di lapangan. Yogi menyebutkan, terdapat tiga kendala di lapangan pada hari pertama penerapan PSBB di Kota Tasikmalaya. Pertama, masih banyak pedagang yang sama sekali tidak tahu mengenai PSBB. Kedua, ada pedagang yang tahu tapi tidak mengerti detail aturannya. Terakhir, ada pedagang yang tahu tapi pura-pura tidak tahu.
Menurut dia, secara umum warga memahami aturan PSBB setelah diberi arahan petugas. Tidak ada reaksi yang berlebihan dari warga. Hanya saja, lanjut dia, para pedagang meminta agar sosialisasi lebih digencarkan dan dikeluarkan surat surat edaran resmi tidak boleh berjualan.
"Kita akan tindak lanjuti karena sekarang masih proses sosialisasi. Kalau mereka masih tetap memaksa berjualan, kita lihat sesuai aturannya, karena masih ada yang kucing-kucingan dengan petugas. Tapi saya harap mereka paham dan tidak ada gejolak di masyarakat," kata dia.