REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan terus melakukan ikhtiar untuk mengatasi kelebihan kapasitas rumah sakit rujukan Covid-19, khususnya di Surabaya Raya. Di antaranya dengan menyiapkan rumah sakit darurat Covid-19 di gedung Puslitbang Humaniora Kementerian Kesehatan, yang mampu menampung hingga 200 pasien.
Selain itu, Pemprov Jatim juga diakuinya tengah menyiapkan rumah sakit darurat berbasis tenda. Kelengkapan rumah sakit darurat berbasis tenda ini, kata Khofifah, juga didukung oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19 pusat. Pemprov Jatim, kata Khofifah, tinggal menyediakan lahan.
"Sore ini kita akan siapkan dari rumah sakit darurat berbasis tenda, yang materialnya disupport gugus tugas pusat. Tendanya dari gugus tugas pusat dan sudah berstandar protokol kesehatan. Seluruh kelengkapan medisnya juga sudah dikonfirmasi ke kami, dan kami akan segera siapkan agar segera bisa digunakan melayani masyarakat," kata Khofifah di Surabaya, Selasa (5/5).
Terkait sumber daya manusia, Khofifah menegaskan ketersediaannya. Dimana Pemprov Jatim telah merekrut tenaga medis yang bersedia menjadi relawan di tengah pandemi Covid-19. Nantiny, kata Khofifah, tenaga kesehatan yang baru diterima beberapa pekan lalu itu, akan ditempatkan di rumah sakit darurat. Tentunya setelah menjalani pelatihan dari tim ahli.
Begitu juga dengan laboratorium pendukung, yang diakuinya akan disokong oleh laboratorium Institure of Tropical Disease (ITD) Unair, RSUD dr. Soetomo, dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL). Gubernur perempuan pertama di Jatim itu juga menjamin ketersediaan logistik medis di rumah sakit darurat tersebut. Baik itu alat pelindung diri (APD) maupun alat medis lainnya.
"Itu akan disupport oleh ratusan donatur yang dikoordinasikan oleh BPBD Jatim," ujar Khofifah.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jatim Joni Wahyuhadi mengatakan penambahan rumah sakit sangat dibutuhkan mengingat kondisi rumah sakit penyedia layanan negative pressure untuk penanganan covid-19 sudah overload. Sehingga banyak pasien yang terpaksa dirawat di ruang isolasi non negative pressure.