Sabtu 02 May 2020 16:27 WIB

Masjid Agung Jateng Jadi Pusat Gerakan Sosial Saat Pandemi

Masyarakat tetap memiliki semangat untuk produktif dan bisa berdaya.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Refleksi bangunan Masjid Agung Jawa Tengah
Foto: Yasin Habibi/Republika
Refleksi bangunan Masjid Agung Jawa Tengah

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) menyalurkan bantuan beras guna membantu meringankan dampak pandemi Covid-19, kepada warga di sekitar MAJT. Beras yang disalurkan kali ini berasal dari donasi yang telah dihimpun oleh Satgas Covid-19 MAJT, bantuan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah serta bantuan pribadi Gubernur Jawa Tengah.

“Total bantuan beras yang disalurkan kali ini mencapai 7 ton,” ungkap Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang menyerahkan bantuan beras secara simbolis kepada perwakilan paguyuban RW serta paguyuban pedagang di MAJT, Sabtu (2/5).

Gubernur sangat mengapresiasi banyak masjid di Jawa Tengah membuat gerakan sosial, di tengah wabah Covid-19 seperti sekarang ini. Menurutnya, ini bagian dari penguatan yang ada di masyarakat dan umat, di tengah situasi yang serba sulit ini. Sehingga semua bisa saling bekerjasama, bergotong-royong mengembangkan semangat filantropi seperti ini.

Dengan banyaknya pihak yang memberikan bantuan, maka sentra-sentra distribusi kepada masyarakat yang membutuhkan -seperti di masa pandemi sekarang ini- juga menjadi semakin banyak. Bantuan-bantuan tersebut sangat penting untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat.

Setidaknya di masa sulit seperti sekarang ini, masyarakat bisa lega, dapat bantuan beras atau sembako atau bantuan lain yang memang dibutuhkan. “Ini sangat membantu dan membuat masyarakat lebih tenang, karena harapan hidupnya lebih panjang dengan tidak bergantung pada satu sumber. Namun juga sumber- sumber lainya seperti masjid ini,” tegasnya.

Kendati begitu, gubernur juga meminta masyarakat untuk tidak hanya ‘menadahkan tangan’ untuk meminta bantuan, namun masyarakat tetap memiliki semangat untuk produktif dan bisa berdaya.

“Makanya kami buat program Jogo Tonggo, sebagai upaya membuat masyarakat tetap produktif. Bahwa mereka terkena PHK iya, tidak bisa bekerja kita bantu. Namun bantuan hanya stimulant, selebihnya masyarakat harus dilatih, diberdayakan agar bisa mandiri,” tambahnya.

Masyarakat, masih kata gubernur, diminta membuat lumbung pangan untuk wadah pengumpulan donasi dan bantuan untuk dimanfaatkan bersama- sama dalam satu lingkungan.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk memanfaatkan serta memberdayakan pekarangan di rumah masing- masing sebagai lahan untuk menanam kebutuhan pangan karena sedang ada beberapa pembatasan kegiatan masyarakat.

Bagi mereka yang memang mau mengembangkan usaha, silahkan didata. Nanti pemerintah akan mendampingi, memberikan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan hingga membantu akses permodalan agar bisa mandiri.

“Kalau masyarakat sudah bisa mandiri, tentu tidak akan hanya mengandalkan bantuan dan uluran tangan. Ini semangatnya,” tandas Ganjar, di damping sejumlah pengurus Pelaksana Pengelola (PP) MAJT.

Sementara itu, Ketua PP MAJT, Prof Dr KH Noor Achmad MA menambahkan, dari 7 ton beras yang disalurkan pada hari ini, semuanya telah dikemas menjadi 1.400 paket. Masing- masing paket berisi beras sebanyak 5 kilogram.

Bantuan distribusikan dalam dua tahap, yakni Sabtu ini sebanyak 1.000 paket dan sisanya (sebanyak 400 paket) bakal disalurkan pada tahap II, yang bakal laksanakan pada 16 Mei 2020, sambil mencari tambahan donasi dan bahan natura.

Adapun sasaran dari penyaluran bantuan beras ini adalah kelompok masyarakat yang akibat wabah Covid-19 ikut terdampak. Seperti masyarakat pekerja formal di sekitar MAJT, para PKL, guru ngaji dan marbot masjid di Kota Semarang.

Seperti diketahui, dengan ditutupnya aktivitas wisata di lingkungan MAJT para PKL yang ada di lingkungan masjid ini juga menjadi tidak produktif atau di lingkungan sekitar MAJT juga banyak warga yang tidak bisa beraktivitas karena harus mematuhi pembatasan kegiatan masyarakat.  

“Bantuan beras ini juga disalurkan kepada para fakir miskin yang berada di sekitar pemukiman pengurus MAJT dan jamaah pengajian (majlis taklim) ibu- ibu MAJT yang ikut terdampak,” jelas Noor Achmad.

Sementara itu, salah satu penerima bantuan, Sariman mengungkapkan, wabah Covid-19 membuatnya tidak mendapatkan penghasilan apa- apa, setelah usahanya ikut lumpuh akibat pembatasan kegiatan masyarakat.

Selama itu pula, ia hanya mengandalkan dari sisa tabungan. “Biasanya saya jualan bakso di sini (MAJT), tapi sudah lama tutup dan tidak dapat penghasilan. Alhamdulillah, dapat bantuan beras bisa mengurangi beban kebutuhan dasar keluarga,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement