Jumat 01 May 2020 21:47 WIB

Gandeng Swasta, Bogor Ingin Stabilkan Harga Ayam Potong

Masih ada disparitas tinggi harga ayam di pedagang dan konsumen.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Dwi Murdaningsih
Pedagang menjual ayam potong di pasar. ilustrasi
Foto: ANTARA/Abriawan Abhe
Pedagang menjual ayam potong di pasar. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor akan menggandeng Perhimpunan Peternak Unggas Nasional (PPUN) dan sejumlah perusahaan sektor perunggasan. Langkah itu, sebagai upaya untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok termasuk ayam potong.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Setda Kabupaten Bogor, Joko Pitoyo menjelaskan upaya itu juga dapat mengukur ketersediaan ayam potong. Sebab, saat ini Indonesia juga sedang menghadapi pandemi Covid-19 dan juga jelang Idul Fitri.

Baca Juga

"Inilah pentingnya menggandeng para pelaku usaha disektor perunggasan," ucap Joko dalam rilis resminya yang diterima, Jumat (1/5).

Dari koordinasi tersebut, Joko mengkalim ketersediaan ayam potong di Kabupaten Bogor akan aman hingga akhir tahun 2020 mendatang. Namun, dia mengakui terdapat disparitas harga yang cukup besar dari harga jual per kilogram di tingkat peternak sampai kekonsumen.

"Di peternak Rp 8.000 sampai Rp 10.000 sedangkan dikonsumen harga mencapai Rp 32.000 sampai Rp 35.000, disparitas harga itu ternyata ada pengaruh dari beberapa aktor di tengah," kata dia.

Dia menjelaskan, akan membahas harga tersebut dengan pihak-pihak yang terkait. Demikian, Pemkab Bogor dapat merekomendasikan ke Dirjen Peternakan untuk mengatasi disparitas harga tersebut.

Joko menyatakan, jangan sampai peternak menjadi pihak yang paling dirugikan dengan harga beli yang rendah sementara harga jual tinggi. Joko menyatakan, pihaknya akan berupaya untuk membuka segmen bagi para pternak dengan layanan online. Demikian, peternak dapat langsung menjual produknya ke konsumen secara langsung.

"Kita juga akan lakukan cara online melalui Toko Tani Indonesia Center, atau dengan Mitoha Online yang ada dipasar tohaga. Saya yakin ke depan Pemkab Bogor melalui PD Pasarnya terus membuka storage pada beberapa pasar yang ada di 30 pasar di Kabupaten Bogor untuk menjaga kesetabilan harga ditingkat peternak." kata Joko.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, Oetje Subagja menuturkan, terdapat dua kelebihan yang dimiliki Kabupaten Bogor terkait perunggasan. Pertama yakni, menjadi daerah penghasilan ayam pedaging.

Saat ini, Oetje menjelaskan terdapat 26,4 juta ekor ayam yang tersebar di 1.300 Rumah Tangga Peternak di Kabupaten Bogor. Sedangkan, produksi ayam pedaging mencapai 173 juta kilogram per tahunnya.

"Kita menjadi tiga besar di Jawa Barat daerah penghasil ayam pedaging yang mencapai 13 juta ekor," ujar Oetje.

Kedua, kata dia, yakni kuatnya organisasi profesi nasional perunggasan di Kabupaten Karena itu, dia optimistis ketersediaan pangan ayam potong di Kabupaten Bogor tetap aman.

"Juga diharapkan mampu menjaga kestabilan harga untuk meminimalisir terjadinya anjlokan harga," ungkapnya.

Dirut PD Pasar Tohaga, Haris Setiawan menambahkan, terdapat 412 pedagang ayam disekitar pasar maupun di luar pasar yang dikelolanya. Haris menjelaskan harga ayam potong telah mengalami penurunan dari harga Rp 35.000 per kilogram menjadi Rp.32 ribu per kilogram.

Dia menyatakan, kerjasama antara pemerintah dan swasta menjadi kunci untuk meminimalisir terjadinya anjolakan harga. Demikian, harga dan ketersediaan bahan pokok dan pangan tetap terjaga.

Haris menjelaskan, pemkab telah menggagas gerakan membeli beras cerita makmur bagi 17 ribu ASN di Kabupaten Bogor. Gerakan itu dapat meningkatkan kesejahteraan para pelaku pertanian di Kabupaten Bogor.

Dengan kesuksesan program itu, Haris menyatakan, terbuka peluang untuk mengadopsi program tersebut. Demikian, kesejahteraan peternak juga dapat mengikuti kesejahteraan pelaku pertanian.

"Namun, tentunya harus melalui mekanisme dan aturan yang sesuai," kata Haris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement