REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) melayani swaperiksa masalah psikologis terkait pandemi Covid-19 secara daring melalui situs resmi www.pdskji.org. Saat ini, 64,3 persen (1.305 responden) dari 1.522 responden yang telah swaperiksa, memiliki masalah psikologis cemas atau depresi.
"Ada 1.522 orang yang sudah melakukan pemeriksaan masalah psikologis ini, dan ternyata didapatkan ada 64,3 persen yang mengalami gangguan cemas dan depresi," ujar psikiater dari Pengurus Pusat PDSJKI, Dr Lahargo Kembaren dalam konferensi pers virtual di Youtube BNPB, Jakarta, Sabtu (1/5).
Ia menuturkan, mereka mengalami gejala-gejala diantaranya rasa takut, khawatir yang berlebihan, merasa tidak bisa untuk rileks dan nyaman, adanya gangguan tidur, kewaspadaan yang berlebihan, bahkan adanya gangguan stres pascatrauma psikologis. Sebanyak 80 persen dari hasil periksa, responden mengatakan, mengalami suatu trauma psikologis terkait dengan kondisi ini.
Gejala seperti adalah merasa jauh dan tidak terhubung dengan orang lain, serta merasa terus menerus waspada dan berjaga-jaga. Lahargo mengatakan, PDSKJI memberikan dukungan psikososial kepada masyarakat di tengan wabah virus corona dengan mengerahkan 1.000 psikiater yang tersebar di seluruh Indonesia.
Para psikiater tersebut siap melakukan pendampingan psikososial secara daring, salah satunya akun Instagram @pdskji_Indonesia. Mereka juga membuka konsultasi secara gratis melalui aplikasi Sehatpedia milik Kementerian Kesehatan.
Dengan demikian, ia mengajak masyarakat memeriksakan kesehatan jiwa apabila timbul kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan saat pandemi Covid-19. Padahal, menjaga kesehatan jiwa juga sama pentingnya dengan kesehatan fisik dalam menghadapi wabah virus corona ini.
"Sehingga kita tetap bisa berkonsultasi dengan baik kepada profesional dan apa yang kita rasakan saat ini. Jangan ragu-ragu berkonsultasi ke profesionalnya apabila dibutuhkan," kata Lahargo.