Rabu 29 Apr 2020 19:01 WIB

Eijkman: Pasien Sembuh dari Covid-19 Bisa Terinfeksi Lagi

Ada pasien sembuh Covid-19 yang antibodinya tidak cukup untuk memproteksi reinfeksi.

Direktur RSUD dr. Iskak Tulungagung, dr. Supriyanto Dharmoredjo, Sp.B, M.Kes (kiri) menyerahkan surat keterangan sehat kepada tenaga medis yang dinyatakan sembuh dari COVID-19 pada hari pertama kebebasan mereka keluar dari rumah karantina di Asrama RSUD dr. Iskak, Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (22/4). (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Destyan Sujarwoko
Direktur RSUD dr. Iskak Tulungagung, dr. Supriyanto Dharmoredjo, Sp.B, M.Kes (kiri) menyerahkan surat keterangan sehat kepada tenaga medis yang dinyatakan sembuh dari COVID-19 pada hari pertama kebebasan mereka keluar dari rumah karantina di Asrama RSUD dr. Iskak, Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (22/4). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Subandrio mengatakan, pasien sembuh Covid-19 bisa saja kembali terinfeksi kembali virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19. Reinfeksi bisa terjadi jika kekebalan tubuh tidak cukup melawan penyakit itu.

"Tetap memungkinkan, terkena (Covid-19) lagi tetap mungkin kalau dia tidak membangkitkan kekebalan yang cukup," kata Amin, di Jakarta, Rabu (29/4).

Baca Juga

Amin menuturkan, pada umumnya orang-orang yang sembuh dari Covid-19 akan punya antibodi untuk melawan penyakit itu. Namun, ada beberapa orang yang antibodinya tidak cukup tinggi untuk memproteksi tubuhnya sehingga bisa terjadi reinfeksi.

Reinfeksi bisa saja terjadi karena terkena paparan virus yang banyak. Dan pada saat itu antibodinya tidak sanggup melawan virus itu.

"Kalau antibodinya cukup tinggi bisa seumur hidup dia terlindungi tapi pada orang-orang yang low responder, produksi antibodinya tidak terlalu tinggi," ujar Amin.

Pasien sembuh Covid-19 harus tetap menjaga daya tahan tubuh kuat dan melakukan pencegahan penularan Covid-19 termasuk menjaga jarak sosial. Menurut Amin, respons imun tiap orang berbeda-beda.

"Sama-sama kena kuman yang sama tapi respons antibodinya beda-beda," ujarnya.

Ada sejumlah faktor yang memengaruhi respons antibodi orang berbeda-beda, yakni faktor genetik, faktor lingkungan, dan faktor gaya hidup. Faktor-faktor itu bisa memengaruhi respons imun seseorang terhadap penyakit.

Amin menuturkan, sebagian besar pasien Covid-19 sembuh saat ini karena kekebalan tubuh. Mereka sembuh bukan karena antivirus. Covid-19 bukan menjadi penyebab tunggal pasien COVID-19 meninggal, tapi karena adanya penyakit penyerta lain dan kekebalan tubuh yang menurun.

"Yang sakit berat pun kalau ada kelainan organ yang lain itu diperbaiki dulu kalau itu sudah bagus otomatis kekebalannya akan kembali sendiri. Tapi kalau penyakit komplikasinya itu yang organ-organ lainnya itu belum bisa diatasi, kita tidak bisa mengandalkan kekebalan untuk mengatasi virus karena kekebalannya akan rendah," ujar Amin.

Jika terinfeksi Covid-19, seseorang dengan penyakit penyerta lain seperti diabetes, gagal ginjal dan darah tinggi akan dengan mudah jatuh pada kondisi yang memburuk.

"Orang-orang yang sudah punya penyakit sebelumnya itu akan lebih rentan lebih mudah untuk jatuh pada keadaan berat," tuturnya.

Di Korea Selatan (Korsel), para ahli Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (KCDC) belakangan sedang mencoba memecahkan misteri baru terkait pandemi corona: mengapa 163 orang yang sebelumnya telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 kembali positif setelah dilakukan tes ulang. Fenomena yang sama juga terjadi di China dan Jepang.

Berdasarkan data yang dirilis KCDC akhir pekan ini, sekitar 2,1 persen dari 7.829 pasien sembuh dari Covid-19 kembali positif setelah dites ulang. Namun, KCDC menyatakan, belum menemukan indikasi bahwa para pasien yang kembali positif Covid-19 itu dapat menularkan penyakitnya, meski 44 persen dari mereka menunjukkan gejala ringan Covid-19.

photo
Gejala Covid-19 - (Republika)

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement