REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Warga lima desa yang terdampak banjir di wilayah Kecamatan Banyubiru dan Tuntang, Kabupaten Semarang mengandalkan makanan bebuka puasa dan makan sahur dari dapur umum. Sejak banjir bandang menerjang pemukiman mereka, akibat jebolnya sejumlah tanggul sungai yang bermuara ke Rawapening, Jumat (24/4) dini hari, aktivitas sebagian warga lumpuh, akibat rumah mereka masih tergenang banjir.
Warga hanya bertahan dan tidak bisa melaksanakan aktivitasnya kembali, termasuk guna memenuhi kebutuhan untuk berbuka puasa dan untuk makan sahur. "Maka untuk kebutuhan tersebut, disuplai dari dapur umum," ungkap Wakil Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, Senin (27/4).
Saat ini, jelasnya, dapur umum bagi ratusan kepala keluarga (KK) warga terdampak banjir, seperti warga Desa Ngrapah, Rowoboni, Banyubiru dan Desa Candirejo di Kecamatan Banyubiru serta Desa Rowosari dan Desa Sraten di Kecamatan Tuntang telah didirikan.
Dapur umum tersebut berada di masjid Jami Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang. Setiap hari, para relawan Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) dan Banteng Muda Indonesia (BMI) menyiapkan makanan untuk berbuka puasa dan makan sahur untuk warga.
"Dari dapur umum yang ada di masjid Jami, Desa Candirejo, makanan yang telah siap saji didistribusiken kepada warga tetdampak banjir agar mereka tidak kesulitan untuk melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini," tegas Ngesti.
Sementara itu Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Semarang, Heru Subroto menambahkan, hingga Senin siang, banjir masih menggenang di sejumlah dusun. Adapun wilayah trrdampak paling parah ada di Dusun Rowoganjar, Desa Rowoboni.
"Total ada sekitar 650 jiwa warga Dusun Rowoganjar, yang terdampak banjir akibat meluapnya sejumlah sungai yang bermuara di danau Rawapening tersebut," jelas Heru Subroto yang dikonfirmasi terpisah.
Kendati begitu, seluruh kebutuhan warga, terutama yang tengah melaksanakan ibadah puasa, cukup aman dan bisa terpenuhi dari dapur umum yang didirikan bersama dengan elemen relawan penanganan bencana.
Selain menggenangi kawasan permukiman warga dua dusun, akses jalan penghubung Ambarawa--Banyubiru juga tergenang banjir. Sementara sekitar 213 jiwa warga Sraten juga terdampak akibat banjir mencapai ketinggian lebih dari 1 meter.
"Alhamdulillah, untuk banjir di wilayah Sraten saat ini sudah mulai surut, kendati warga belum dapat beraktivitas normal di rumahnya. Karena ada bebenrapa titik yang genangannya masih setinggi lutut orang dewasa," tambah Heru.
Wakil bupati menambahkan, guna penanganan darurat, terutama perbakkan tanggul yang jebol, Pemkab Semarang sudah berkordinasi dengan pemangku kewenangan, dalam hal ini Balai Besat Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwan untuk melaksanakan normalisasi.
Ia menjelaskan, BBWS Pemali Juwana sudah mengonfirmasi untuk segera melakukan normalisasi sungai yang bermuara ke Rawapening. Langkah ini harus segera dilakukan jika hujan kembali turun, airnya tidak melimpas ke kawasan pemukiman warga.
Selain perbaikan, normalisasi juga akan dilakukan dengan mengeruk sedimentasi sejumlah sungai yang bermuara di danau Rawapening tersebut. "Sehingga fungsi sungai dalam menampung debit air bisa lebih optimal," tandasnya.