Ahad 26 Apr 2020 21:08 WIB

Di Tengah Pandemik, Bali Masih Mampu Ekspor Manggis

Tak hanya manggis, Bali juga masih melepas ekspor kerajinan tangan ke UEA.

Di tengah ancaman lesunya perekonomian akibat pandemi COVID-19, Bali masih mampu mengekspor manggis dan produk kerajinan tangan ke sejumlah negara (Foto: ilustrasi ekspor manggis)
Foto: Kementan
Di tengah ancaman lesunya perekonomian akibat pandemi COVID-19, Bali masih mampu mengekspor manggis dan produk kerajinan tangan ke sejumlah negara (Foto: ilustrasi ekspor manggis)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Gubernur Bali, Wayan Koster, mengatakan, di tengah ancaman lesunya perekonomian akibat pandemi COVID-19, Bali masih mampu mengekspor manggis dan produk kerajinan tangan ke sejumlah negara. Ekspor ini merupakan langkah yang sangat penting, terlebih di tengah pandemi COVID-19 yang sedang melanda seperti saat ini.

"Artinya, ekonomi kita tetap menggeliat di tengah situasi seperti ini," kata Koster saat melepas ekspor manggis dan kerajinan tangan Bali ke Uni Emirat Arab (UEA) melalui video conference di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Jaya Sabha, Denpasar, Ahad (26/4).

Baca Juga

Dengan demikian, lanjut dia, sektor pertanian dan kerajinan di Bali tetap berdenyut dan berjalan dengan normal bahkan mampu menembus pasar luar negeri. Menurut Koster, dengan aktivitas ekspor, juga berarti memberikan peningkatan pendapatan kepada para petani di Bali, khususnya saat musim manggis seperti saat ini.

"Saya selama ini berupaya keras untuk meningkatkan hilirisasi dari produk pertanian kita, termasuk industri kerajinan rakyat kita dengan membuka akses pasar dalam dan luar negeri. Kita terus berupaya memperluas akses pasar ini, dan astungkara sekarang sudah mulai berjalan," ucapnya.

Dalam pelepasan tersebut, satu ton manggis akan dikirim ke Dubai, UEA dengan menggunakan jalur udara dan kerajinan tangan sebanyak 504 kontainer lewat jalur laut melalui Pelabuhan Benoa. Secara rutin dilaporkan pula ekspor manggis dengan rata-rata sejumlah 17 ton dalam dua kali seminggu dikirim ke China dan handycraft melalui Pelabuhan Benoa dengan tujuan Amerika, Uni Eropa dan Australia.

Di hari yang sama, produk perkebunan berupa kakao Bali serta bibit paprika juga diekspor ke Singapura dan Belanda. Produk kayu suar dan bambu Bali dikirim untuk menembus pasar Kanada, Portugal, Meksiko, Brazil dan Spanyol. Sedangkan pasar Jepang menjadi tujuan untuk hasil holtikultura seperti cabai keriting, cabai rawit, hingga buah jeruk nipis.

Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanian Denpasar, I Putu Tarumanegara, mengatakan, ekspor produk pertanian hingga pekan ketiga di bulan April ini mencapai angka 799 ribu ton senilai Rp 86 miliar. Kemudian ditambah tiga ribu ton ekspor produk hasil kehutanan senilai Rp 42 miliar yang mencakup ekspor ke berbagai negara.

"Khusus untuk manggis, periode Januari hingga Maret sudah diekspor 713 ton dengan nilai Rp53 miliar. Untuk bulan berjalan ini, angkanya di 65 ton dengan nilai Rp4,8 miliar," ujar Tarumanegara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement