Sabtu 25 Apr 2020 06:12 WIB

Presiden Wajib Ambil Hikmah Kasus Andi dan Belva

Dari kasus Andi dan Belva, milenial bisa belajar pentingnya integritas.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Indira Rezkisari
Presiden Joko Widodo (keempat kiri) bersama staf khusus yang baru dari kalangan milenial (kiri ke kanan) CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra, Perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi, Pendiri Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara, Peraih beasiswa kuliah di Oxford Billy Gracia Yosaphat Mambrasar, CEO dan Founder Creativepreneur Putri Indahsari Tanjung, Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia dan Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII Aminuddin Ma
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo (keempat kiri) bersama staf khusus yang baru dari kalangan milenial (kiri ke kanan) CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra, Perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi, Pendiri Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara, Peraih beasiswa kuliah di Oxford Billy Gracia Yosaphat Mambrasar, CEO dan Founder Creativepreneur Putri Indahsari Tanjung, Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia dan Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII Aminuddin Ma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Karyono Wibowo menyoroti sejumlah nama staf khusus Presiden Joko Widodo yang jadi sorotan. Alasannya, mereka diduga melakukan tindakan abuse of power.

Pertama, masuknya perusahaan platform Ruangguru yang dipimpin Adamas Belva Syah Devara di daftar perusahaan mitra pemerintah dalam program Kartu Prakerja berbuntut panjang. Meskipun Belva sudah berdalih perusahaannya sudah melalui mekanisme, prosedur dan persyaratan yang dibuat Menko Perekonomian, tapi faktanya publik masih sulit percaya.

Baca Juga

Kedua, langkah blunder Andi Taufan Garuda Putra yang mengirim surat meminta agar camat se-Indonesia bekerjasama dalam rangka melawan corona dengan perusahaannya sendiri Amartha Mikro Fintek.

"Di balik sikap mundur Belva dan Andi Taufan ada pelajaran yang bisa dipetik. Bagi generasi milenial agar tidak hanya memiliki keahlian dan prestasi gemilang tapi juga harus memiliki moral dan integritas tinggi yang jauh dari mental korupsi," kata Karyono dalam siaran pers, Jumat (24/4).

Kasus Belva dan Andi Taufan harus jadi pelajaran bagi anak muda dan setiap pejabat pemerintahan agar selalu menjaga integritas dan moralitas. Menurut Karyono, Belva dan Andi yang berani mundur dari jabatan patut dicontoh setiap pejabat pemerintahan.

"Peristiwa Belva Devara dan Andi Taufan menjadi pelajaran  Presiden agar hati-hati dalam menunjuk seseorang untuk menduduki jabatan tertentu, terlebih jabatan staf khusus cukup melekat dalam diri presiden," ujar Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) itu.

Karyono menilai sikap kehati-hatian diperlukan agar pejabat yang ditunjuk bisa menunjang kinerja Presiden. Lalu diharapkan tidak menyalahgunakan wewenang dan tidak menimbulkan polemik.

"Ini introspeksi Presiden agar tidak asal milenial dalam memberikan peran pada generasi muda. Untuk mengangkat seseorang diperlukan persyaratan rekam jejak dari berbagai aspek, tidak hanya mengedepankan prestasi dalam satu bidang tertentu," pungkas Karyono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement