REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Amri Amrullah, Fauziah Mursid
Jumlah pemakaman dengan protokol Covid-19 di DKI Jakarta cenderung menurun pada pekan ini. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan hal ini saat konferensi pers secara virtual di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (22/4).
"Kita memiliki data pemakaman dengan protokol Covid-19 dalam beberapa hari terakhir menunjukkan penurunan," kata Anies.
Anies menyebutkan, pada pekan sebelumnya data pemakaman dengan protokol Covid-19 mencapai 50 kasus atau lebih per harinya. Namun, pada beberapa hari terakhir menurun pada kisaran 30 kasus hingga 40 kasus per hari bahkan pernah 29 kasus pada dua hari berturut-turut.
Gubernur DKI mengatakan, pihaknya akan memantau perlambatan data jumlah pemakaman dengan protokol Covid-19 tersebut. "Apakah tren penurunan ini permanen, kita terus pantau mudah-mudahan ini permanen sudah mulai turun," ujar Anies.
Masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta pun sudah resmi diperpanjang selama 28 hari pada 24 April hingga 22 Mei mendatang. Keputusan diambil Pemprov DKI Jakarta merujuk pada data jumlah kasus positif Covid-19 di DKI yang masih terus meningkat.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia Tatri Lestari Handayani, memaparkan, total ada 3.351 warga DKI yang positif Covid-19. Dari jumlah itu, sebanyak 291 orang dinyatakan telah sembu. Adapun, jumlah pasien meninggal sebanyak 308 orang.
“Sebanyak 1.939 pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit, dan 813 orang melakukan self isolation di rumah. Dan sebanyak 889 orang menunggu hasil laboratorium,” paparnya, Rabu (22/4).
Sedangkan, untuk orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 5.800 orang (5.215 sudah selesai dipantau dan 585 masih dipantau) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 5.212 orang (3.716 sudah pulang dari perawatan dan 1.496 masih dirawat).
Dwi turut menerangkan, untuk rapid test masih terus digalakkan di enam wilayah Kota/Kabupaten Administrasi DKI Jakarta dan Pusat Pelayanan Kesehatan Pegawai (PPKP). Total sebanyak 63.546 orang telah menjalani rapid test, dengan persentase positif Covid-19 sebesar 3,7 persen, dengan rincian 2.365 orang dinyatakan positif Covid-19 dan 61.181 orang dinyatakan negatif.
Tidak semua positif Covid-19
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto pada Senin (20/4) lalu sempat merespons soal angka kematian akibat Covid-19 yang banyak dipertanyakan. Menurut Yurianto, data jumlah kasus meninggal yang diumumkannya berdasarkan angka dari pasien yang telah terkonfirmasi positif Covid-19.
Yurianto mengakui jumlah itu di bawah jumlah seluruh kasus meninggal yang menggunakan prosedur protokol Covid-19, yang belakangan dipertanyakan banyak pihak.
"Sudah barang tentu jumlah ini di bawah jumlah semua kasus meninggal. Karena tidak semuanya kasus meninggal itu disebabkan Covid-19," ujar Yurianto.
Yudi menjelaskan, ada kasus meninggal yang menggunakan prosedur penanganan Covid-19, namun karena penyakit lain. Karena itu, Yuri menjawab keraguan beberapa pihak terkait data kematian yang dirilis Gugus Tugas jauh lebih kecil dibandingkan laporan rumah sakit.
"Karena tidak semuanya kasus meninggal itu disebabkan Covid, ada kasus-kasus lain yang meninggal bukan karena Covid-19," ujar Yurianto.
Pada hari yang sama, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung agar jajarannya benar-benar menerapkan komunikasi terbuka mengenai penanganan pandemi Covid-19. Presiden meminta Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, dan instansi lain yang terkait untuk transparan menyampaikan seluruh data dan informasi kepada masyarakat.
"Mengenai komunikasi yang terbuka. Sistem, data, dan informasi yang terbuka kepada semua pihak. Jangan ada yang menganggap-anggap lagi kita ini menutup-nutupi. Tidak ada sejak awal kita ingin menutup-nutupi masalah yang ada," kata Presiden Jokowi dalam pembukaan rapat terbatas, Senin (20/4).
Presiden tidak menjelaskan lebih terperinci apa yang ia maksud dengan data dan informasi penanganan Covid-19 tersebut. Namun, beberapa waktu terakhir, ada sejumlah pihak yang meragukan keakuratan data pasien Covid-19 yang dirilis pemerintah.
Salah satunya, terkait jumlah pemakaman dengan protokol Covid-19 yang dilakukan di DKI Jakarta juga jauh lebih tinggi daripada jumlah pasien konfirmasi positif yang meninggal dunia. Data berbeda juga disebutkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagaimana diberitakan beberapa portal media daring.
IDI menyebut kematian terkait virus Covid-19 di Indonesia mencapai 1.000 orang. Namun jumlah itu termasuk pasien dalam pengawasan (PDP) Corona yang meninggal sebelum diketahui hasil tesnya.