REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI menyatakan berdasarkan penelitian para ahli, perubahan iklim terjadi akibat kegiatan manusia atau yang sering disebut anthropogenic. Karena itu, hanya manusia yang bisa mengubahnya kembali.
"Kalau itu terjadi akibat kegiatan manusia, artinya yang bisa mengubah juga manusia secara global," kata Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK Ruandha Agung S terkait peringatan Hari Bumi melalui konferensi video di Jakarta, Rabu (22/4).
Ia menyampaikan apabila manusia tidak bisa menjaga dan memperbaiki bumi, sang pencipta atau yang memiliki akan merawatnya. Dalam agama Islam, hal itu tertuang dalam kitab suci Al Quran yang mengatakan "Kepunyaannya ada di langit dan di bumi".
"Itu kepercayaan kami, Tuhan akan merawat ciptaannya apabila tidak dirawat dengan baik." kata dia.
Ia mengatakan pemanasan global dan perubahan iklim sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia secara global pula. Karena itu, apabila masih ada pihak yang tidak memercayai dua hal tersebut maka naif sekali.
Ruandha mengatakan apa yang didiskusikan saat ini terkait Hari Bumi berkaitan pula dengan pandemi Covid-19 yang dinyatakan Badan Kesehatan Dunia atau WHO pada 11 Maret 2020. Akibat bencana nonalam itu 213 negara dan teritori telah terjadi penyebaran virus.
Akibatnya sejumlah negara sudah menerapkan karantina wilayah. Di Indonesia disebut sebagai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kebijakan itu berdampak pada berkurangnya aktivitas, mobilitas manusia dan berkurangnya ekonomi negara. "Ini telah mengubah wajah bumi," ujar dia.
Perubahan itu di antaranya polusi udara menurun tajam, derau akibat getaran kendaraan atau mesin industri juga berkurang. Karena itu, getaran lemah lempeng bumi pun mudah terdeteksi.
"Akibat polusi menurun tajam, kita bisa melihat Gunung Pangrango dan Gunung Salak dari Jakarta," katanya.