REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Masa awal munculnya kasus Covid-19 di wilayah Tangerang merupakan masa-masa pelik bagi para tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Tangerang. Kejadian seperti ibu hamil terkatagori Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang perlu penanganan khusus hingga ada pasien yang diantar lalu ditinggal begitu saja di depan IGD menjadi momen berat yang membuat seisi rumah sakit kewalahan.
"Banyak kasus yang kami terima ketika itu, ada pasien yang datang rujuk lepas dari RS lain tanpa konfirmasi dulu, ada yang tiba-tiba dibawa tanpa rujukan dan ditinggal di depan emperan IGD (Instalasi Gawat Darurat) padahal kami belum punya kamar khusus. Ada juga ibu bersalin yang ternyata PDP sebingga kami harus menyiapkan ruang khusus, jadi ketika itu masalah terus bergulir dan perlu pemikiran cepat," ungkap Direktur RSUD Kabupaten Tangerang Naniek Isnaini.
Naniek mengatakan itu usai acara penyerahan bantuan APD dari BPJS Kesehatan, Republika dan IDI di Sekretariat RSUD Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Jumat (17/4). Naniek menuturkan sebenarnya RSUD sudah menyiapkan berbagai langkah untuk menangani Covid-19 sejak Februari.
Namun ternyata seiring waktu kasus Covid-19 terus bermunculan padahal pihaknya sedang menyiapkan sarana prasarana penanganannya. "Kita sebenarnya sudah menyiapkan sejak Februari dengan membuat pelatihan bagi tenaga medis hingga menyiapkan sarana prasarananya,"ungkapnya.
Namun seiring waktu berjalan Naniek mengatakan penanganan wabah ini terus ditingkatkan hingga tercatat sudah lebih dari 900 orang yang ditangani pihaknya. Adanya bantuan dari berbagai pihak, termasuk bantuan dari BPJS Kesehatan, Republika, dan IDI menjadi pemacu semangat bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya.
"Kami berterima kasih kepada Republika, BPJS Kesehatan, dan IDI untuk bantuan penambahan APD di RSUD Kabupaten Tangerang. Dengan adanya bantuan kami bisa merasa tenang dalam bertugas dan melayani pasien kami," ujar dia.
Menurutnya, alat pelindung diri di RSUD berkat banyak bantuan dari berbagai pihak bisa bertahan hingga satu bulan ke depan. Namun memang alat sepeeti masker N95 menjadi perlengkapan tenaga paling dibutuhkan dan jumlahnya minim bahkan diperoitakan hanya bisa bertahan hingga 10 gari ke depan.
"N95 ini yang kami perkitakan hanya bisa bertahan dampai 10 hari ke depan sehingga dengan adanya bantuan ini bisa membuat kami merasa tenang melayani masyarakat," ungkapnya.
Sementara Direktur Utama BPJS Kesehatan Fahmi Idris menyebut bantuan ini merupakan realisasi penggalangan dana melalui gerakan gotong royong bantu tenaga kesehatan cegah corona (Gebah corona). Langkah ini diambil sebagai wujud dukungan kepada tenaga medis dalam menangani Covid-19.
"Mungkin bantuan ini tidak mencukupi, tapi lihat spirit, semangat kita untuk membangun soliditas, solidaritas dari semua pihak agar semua saling bantu. Kita ingin menggerakan energi positif dan berhenti saling menyalahkan karena kita menghadapi persoalan yang sama," ujarnya
Melalui gerakan gebah corona, sebanyak 500 masker, 500 sarung tangan karet, 50 pakaian hazmat lengkap dan satu unit kipas angin disinfektan diberikan ke rumah sakit rujukan Covid-19 di Provinsi Banten Tersebut. Ia juga menuturkan gerakan ini akan memberi bantuan APD bagi tenaga medis lain di berbagai fasilitas kesehatan lainnya di Jabodetabek.
"Ini kegiatan berkelanjutan dari tiga pihak, BPJS, Republika dan IDI. Kita inisiasi sejak Presiden mengatakan ada kasus positif di Indonesia dan banyak berita kalau tenaga kesehatan membutuhkan APD," jelasnya.
Fahmi menjelaskan bantuan yang diserahkan BPJS merupakan sumbangan murni dari karyawan BPJS dan tidak menggunakan uang dari lembaganya. "Secara internal, kami menggugah karyawan untuk menyisihkan sedikit uangnya, untuk gotong royong bersama, tanpa menggunakan uang institusi sama sekali," jelasnya.
Adapun Pimpinan Redaksi Republika Irfan Junaidi mengatakan bantuan ini merupakan wujud solidaritas masyarakat Indonesia di tengah masa-masa sulit Covid-19. Ia menuturkan banyak donatur yang memberikan uangnya dalam jumlah besar dan tanpa mau diketahui namanya.
"Banyak masyarakat yang menyumbangkan uangnya, Rp 5 juta, Rp 10 juta dengan anonim atau tanpa mau disebutkan namanya, ini luar biasa," katanya.