Sabtu 18 Apr 2020 05:31 WIB

Ini Cara Social Distancing Ala Orang Rimba di Hutan

Orang rimba menerapkan kearifan lokal di hutan saat social distancing,

Rep: Dedi Darmawan/ Red: Muhammad Hafil
Ini Cara Social Distancing ala Orang Rimba. Foto ilustrasi: Orang Rimba Jambi
Foto: indonesia-spots.blogspot.com
Ini Cara Social Distancing ala Orang Rimba. Foto ilustrasi: Orang Rimba Jambi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semenjak wabah virus corona menjadi pandemi sejak beberapa waktu lalu, pemerintah menerapkan social distancing untuk memutus rantai penyebaran virus. Anjuran itu, tak hanya diterapkan masyarakat pada umumnya, namun juga orang rimba atau komunitas masyarakat yang tinggal di hutan.

Seperti yang terjadi di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), Jambi. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, mengatakan, orang rimba yang berdiam di bagian pinggir kawasan TNBD telah melakukan antisipasi dengan masuk kembali ke tengah hutan.

Baca Juga

Mereka menyebutnya dengan istilah "Besesandingon", yaitu mengasingkan diri dari orang yang sakit atau yang diduga mengidap penyakit.

"Orang rimba masih memegang tradisi yang merupakan kearifan leluhur, termasuk budaya menyendiri di dalam hutan, yang saat ini ternyata dapat dianalogikan dengan istilah work from home, social distancing atau physical distancing," kata Wiratno dalam siaran pers diterima Republika.co.id, Jumat (17/4).

Wiratno mengatakan, di Indonesia terdapat dapat kekayaan berupa ribuan praktik tradisional yang selaras dengan alam. Misalnya yang dijalankan oleh suku Mentawai yang tidak pernah menggunakan api untuk penyiapan lahan garapnya.

Ada juga Suku Daya yang memiliki sistem siklus bera berhutan dari sistem ladangnya. Di wilayah Maluku dan Papua ada sistem sasi, yaitu mengistirahatkan pengambilan sumberdaya laut dalam jangka tertentu. Nilai-nilai adat budaya seperti itu yang menjadi fondasi dalam konservasi di era modern.

"Momentum pandemi Covid-19 ini seperti sebuah momentum kita untuk lebih arif dalam kehidupan di bumi. Dari Orang Rimba, kita belajar kembali kepada alam dan mengikuti hukum-hukumNya," katanya.

Kepala Balai TNBD Haidir menyampaikan, Besesandingon merupakan kebiasaan yang sudah dilakukan orang rimba secara turun temurun dan merupakan salah satu kearifan lokal Orang Rimba. Hal ini mereka lakukan untuk menjauhi keramaian, agar tidak terkena wabah penyakit.

Sebagai contoh, bila ada anggota keluarga yang baru pulang dari luar hutan yang jaraknya jauh, tidak akan langsung tinggal di rumahnya, akan tetapi membuat sudung atau rumah tenda sendiri yang jaraknya paling dekat 200 meter dari rumah keluarganya.

Hal itu dengan tujuan jika membawa penyakit dari luar, tidak akan menulari yang lain. Minimal satu minggu tidak sakit, berarti bisa satu rumah kembali dengan keluarganya

“Budaya mitigasi yang melekat pada suku anak dalam, itu yang mereka sebut besesandingon. Kearifan lokal ini, menjadi hal yang sangat relevan dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini,” ungkap Haidir.

Menurut Temenggung Bepayung, tetua adat setempat mengatakan, orang rimba sudah terbiasa secara turun temurun melakukan besesandingon. Ia mengatakan, begitu penduduk mengetahui tentang penyakit corona, respons penduduk langsung melakukan besesandingon.

Namun, akibat pengaruh dari luar, menurut Temenggung Tarib, Orang Rimba zaman dulu dengan sekarang sudah berbeda atau berubah dalam hal menerapkan kebiasaan turun temurun dari nenek moyangnya. Orang rimba zaman dulu sangat ketat menerapkan pantangan dan larangan adat di dalam kelompok.

“Contoh, zaman dulu jika ada yang sakit batuk saja, itu tidak boleh melewati jalan yang biasa dilewati di dalam hutan. Kalaupun terpaksa, si penderita penyakit tersebut harus memberi tanda di ujung dan pangkal jalan, bahwa jalan tersebut baru saja dilewati oleh orang sakit, sehingga jalan tersebut tidak boleh dilewati orang lain yang sehat, selama minimal 7 hari atau 1 minggu. Tanda yang biasa dipasang di ujung atau pangkal jalan adalah ranting pohon atau kayu berduri,” jelasnya.

Meski aturan adat seperti ini sudah banyak yang dilanggar oleh generasi sekarang, besesandingon masih dijalankan oleh hampir seluruh kelompok Orang Rimba di Taman National Bukit Duabelas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement