Rabu 15 Apr 2020 14:14 WIB

Menristek: 200 Ventilator Produksi Lokal Siap Akhir April

Ventilator portabel diproduksi dua perusahaan dalam negeri.

Red: Nur Aini
Ventilator, salah satu alat penting yang dibutuhkan dalam menangani pasien Covid-19.
Foto: BBC
Ventilator, salah satu alat penting yang dibutuhkan dalam menangani pasien Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia akan mendapat tambahan pasokan 200 alat bantu pernafasan ventilator portabel produksi dalam negeri yang ditujukan untuk pasien terjangkit Covid-19, selambat-lambatnya pada akhir April 2020.

Hal itu ditegaskan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro dalam konferensi pers virtual usai rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (15/4).

Baca Juga

Ventilator portabel itu didesain oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknonologi (BPPT) dan diproduksi dua perusahaan dalam negeri. Masing-masing perusahaan itu memiliki kapasitas produksi 100 unit ventilator portabel.

“Jadi diharapkan pada 25 April 2020 kita bisa, mudah-mudahan, mendapatkan 200 unit pertama ventilator buatan Indonesia,” ujar dia.

Saat ini purwarupa (prototipe) dari ventilator buatan lokal itu sedang diuji di Kementerian Kesehatan. Pengujian itu akan rampung pada pekan ini, sehingga pekan depan sudah memasuki tahapan produksi.

BPPT berencana menambahkan dua lagi mitra perusahaan domestik, sehingga pembuat ventilator portabel dalam negeri ini menjadi empat perusahaan. Dengan begitu kapasitas produksinya pun menjadi 400 ventilator portabel.

"Dua lagi sudah menyatakan siap, salah satunya BUMN, yakni Indofarma, sehingga kita harapkan nanti bisa 400 unit per minggu. Kebutuhan ini akan disesuaikan dengan kebutuhan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19,“ ujarnya.

Selain ventilator domestik yang dikembangkan BPPT, saat ini ujar Bambang, terdapat 15 usulan lainnya terkait ventilator dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, pihak swasta, maupun kelompok masyarakat.

“Saat ini tentu mereka harus melakukan penggujian terlebih dahulu di Kementerian Kesehatan. Kami minta dukungan dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian BUMN agar ada mitra atau mitra industri yang bisa memproduksi prototipe yang sudah diuji,” ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement