Selasa 07 Apr 2020 10:33 WIB

Aktivitas Pasar Tradisional Solo Terus Turun

Pedagang memilih melayani pembeli dengan mengantar langsung ke rumah.

Dinas Perdagangan Kota Surakarta menyatakan sejauh ini aktivitas pasar tradisional di Kota Solo terus turun menyusul merebaknya Covid-19. Pedagang pun melakukan sejumlah cara supaya dapat terus berjualan, termasuk menerima pesanan melalui aplikasi percakapan.
Foto: Antara/Akbar Tado
Dinas Perdagangan Kota Surakarta menyatakan sejauh ini aktivitas pasar tradisional di Kota Solo terus turun menyusul merebaknya Covid-19. Pedagang pun melakukan sejumlah cara supaya dapat terus berjualan, termasuk menerima pesanan melalui aplikasi percakapan.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Dinas Perdagangan Kota Surakarta menyatakan sejauh ini aktivitas pasar tradisional di Kota Solo terus turun menyusul merebaknya Covid-19. Pedagang pun melakukan sejumlah cara supaya dapat terus berjualan, termasuk menerima pesanan melalui aplikasi percakapan.

"Kalau penurunan jumlah pengunjung saya sudah mendengar, kata pedagang sampai 30 persen tetapi kami belum mengadakan survei terkait hal itu," kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta Heru Sunardi di Solo, Selasa (7/4).

Baca Juga

Untuk menyiasati penurunan penjualan atau transaksi di pasar tradisional tersebut, dikatakannya, sejumlah pedagang lebih memilih untuk melayani penjualan dengan mengantar langsung ke rumah pelanggan.

"Mereka memanfaatkan fasilitas telepon atau WA untuk kemudian mengantarkan barang ke rumah pembeli. Itu cukup efektif untuk menyiasati penurunan transaksi di pasar," katanya.

Meski terjadi penurunan jumlah pembeli, dikatakannya, sejauh ini arus distribusi barang masih cukup lancar. Menurut dia, hal itu terlihat dari stabilnya harga-harga barang di pasaran.

"Memang ada beberapa barang yang harganya naik, seperti gula pasir dan telur ayam. Bahkan gula pasir saat ini harganya menjadi Rp 18.000 per kg," katanya.

Meski demikian, ia memastikan kenaikan tersebut bukan merupakan dampak dari penyebaran Covid-19. Menurut dia, kenaikan harga sudah terjadi sejak jauh hari sebelum masuknya wabah tersebut ke Indonesia.

"Kami juga masih mencari tahu penyebab kenaikan harga ini," katanya.

Mengenai komoditas telur ayam, sebelumnya, Pinsar Petelur Nasional (PPN) Kota Surakarta mengeluhkan sulitnya mendistribusikan barang ke pasar-pasar tradisional. "Kondisi seperti ini membuat kami cukup sulit melakukan distribusi barang ke pasar-pasar," kata Sekretaris PPN Surakarta Heru Santoso.

Ia menilai terkadang distribusi barang di pasar-pasar tradisional selama kondisi ini terkesan berlebihan. "Kadang-kadang ada yang pembatasannya over, berlebihan. Misalnya, mobil tidak bisa keluar masuk. Kalau sudah seperti ini susah," katanya.

Akibatnya ada penurunan jumlah distribusi barang hingga 50 persen. Sebagaimana diketahui, pada kondisi normal jumlah telur ayam yang didistribusikan di pasar-pasar tradisional di Kota Solo sekitar 30 ton per hari.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement