Selasa 07 Apr 2020 05:25 WIB

Saat Amil WFH, Saatnya Mengasah Kemampuan Menulis

Menulis menjadi salah satu kegiatan selama WFH.

Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI
Foto:

Keempat, Istiqomah dan Disiplin Berlatih

Ketika kita ingin sarana WFH ini jadi fasilitas untuk berlatih menulis, maka kita harus istiqomah dan disiplin. Kita harus konsisten untuk terus menerus berlatih dan memperbaiki keterampilan menulis.

Kita juga harus mulai membuat tulisan dan lalu mengirimkannya pada sejumlah group tempat komunitas belajar menulis yang bersedia membaca tulisan kita dan melakukan review atas isi tulisan secara jujur dan obyektif. Bila tulisan kita sudah cukup bagus, maka silahkan saja dishare ke sejumlah pihak yang relevan, termasuk juga ke berbagai media yang ada, baik cetak maupun media daring.  

Disiplin berlatih menulis juga artinya kita harus punya jadwal berlatih yang serius untuk ditaati dan dikerjakan. Buat jadwal sesuai waktu luang yang kita miliki, juga berdasar kemampuan yang ada untuk kita mulai menulis.

Setelah jadwal ini tersedia, maka kita tinggal mematuhinya dengan baik dan sungguh-sungguh. Mulailah berlatih bersikap seperti seorang penulis profesional yang memiliki deadline. Situasi itu semua, nnatinya akan membantu kita menulis sesuatu tepat waktu dan bisa lebih fokus pada tujuan yang ingin dicapai, yakni menghasilkan tulisan yang berkualitas.

Kelima, Jadikan Menulis ini Sebagai Ladang dakwah

Tujuan seseorang saat ia ingin menjadi penulis cukup beragam, mulai menjadi sekedar hobi, mata pencaharian, atau terapi untuk meluapkan apa yang ada di hatinya. Bagi amil zakat, menulis adalah juga sekaligus bagian dari dakwah.

Dakwah saat ini dimensinya luas, dan menulis pun termasuk bagian dari dakwah, yakni dakwah qalam. Dakwah melalui tulisan akan memperluas wawasan dan pengetahuan masyarakat akan dunia zakat dan juga Islam secara umum.

Bisa jadi ke depan, dengan menguatnya era digital saat ini, pengaruh dakwah tulisan dan media digital lainnya akan jauh lebih kuat daripada dakwah lewat ucapan. Meskipun demikian, tentu saja ada keutamaan tersendiri pada setiap cara dakwah yang ada.

Dengan dakwah melalui tulisan, semoga menjadi kontribusi bagi menguatnya kembali tradisi keilmuan di dunia Islam dan peradaban dunia. Sebagaimana kemajuan sebuah negeri, maka diawali dengan tradisi keilmuan yang kuat dan lahirnya para tokoh dan ahli yang juga penulis.

Mereka menerangi dunia dengan beragam pengetahuan dan penemuan-penemuan baru yang berhasil disebarluaskan melalui tulisan yang mudah dimengerti dan Bahasa yang sederhana. Sejarah Baghdad yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di Timur Tengah, disusul kemudian Istanbul di Turki dan Andalusia dengan Universitas Cordoba-nya waktu itu, tak bisa dipisahkan dari tradisi tulis menulis dan pesatnya kemampuan penyebarluasan ilmu pengetahuan ke umat Islam kala itu.

Semua itu menjadi bukti bahwa menulis sesungguhnya menjadi media dakwah dan sarana menyampaikan pengetahuan pada umat manusia.

Akhirnya…

Mari kita terus berlatih menulis secara serius. Agar para amil menjadi bagian dakwah bil qalam melalui pena. Para amil jangan berdiam diri dan hanya menunggu ide itu datang sendiri. Mulailah menulis dan terus menulis.

Di manapun, kapan pun dan dalam kondisi apa pun, para amil mulai menulislah. Pastikan hari-hari yang dilewati ketika WFH saat ini bisa kita optimalkan untuk lebih produktif.

Percayalah, bila kita punya keseriusan dan keyakinan yang kuat untuk bisa sukses menulis dengan baik, seiring dengan berjalannya waktu, detik demi detik, ide-de dan gagasan segar itu akan muncul. Mari para amil menyongsong era baru, dengan menjadi bagian dari peradaban dengan menulis.

Menulis juga akan memperpanjang umur kita, bahkan mengabadikan kita dalam perkembangan peradaban umat manusia. Begitu kita sudah tiada, tulisan kita lah yang akan dibaca dan kenang orang-orang setelah kita.

Semoga.

-- Semarang, 26 Maret 2020

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement