REPUBLIKA.CO.ID, SEKAYU - - Bupati Musi Banyuasin Dr H Dodi Reza Alex Noerdin tak mau warganya susah. Dia a justru mengajak para penjahit di Muba untuk berkontribusi atasi pencegahan penyebaran wabah virus Corona melalui pembuatan masker kain. Alasannya, masker medis makin langka dan harganya juga mahal kalaupun ada di pasaran.
Penjahit lokal ini sengaja dilibatkan di tengah wabah Covid-19 atau virus corona, melalui Program Gerakan Masker Muba. Gerakan ini memiliki beberapa tujuan yaitu menyediakan masker kain untuk mencegah menyebarnya percikan liur atau biasa disebut droplets sembari melakukan pemberdayaan para penjahit yang kini kesulitan mencari nafkah akibat pesanan jahitan menurun drastis dampak dari wabah corona ini.
Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Muba bersama Dekranasda Muba mengupayakan pelibatan para penjahit Muba untuk membuat 10 ribu masker kain. Masker ini akan dibagikan secara gratis untuk warga Muba.
"Masker ini berbahan kain dan dibuat oleh penjahit di Muba yang difasilitasi Disdagperin serta Dekranasda Muba. Dalam waktu dekat akan kita luncurkan Gerakan Masker Muba yang merupakan turunan dari Masker World di dunia," ungkap Dodi yang juga Ketua KADIN Sumsel tersebut.
Dijelaskan, bahwa masker-masker yang sekarang ini digunakan merupakan masker medis untuk melindungi yang sakit dan para tenaga medis, yang dapat membentengi diri hingga tidak akan penyebabkan penularan.
"Nah yang tidak ada gejala sakit, yang kondisinya sehat kita himbau dengan Gerakan Masker Muba. Mereka dihimbau tidak mencari dan membeli masker medis, masker tersebut sangat mahal dan lebih dibutuhkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas," katanya.
"Masker medis ini sekali pakai langsung buang. Makanya, bagi yang sehat saya gerakkan memakai masker kain yang bisa dicuci sehingga bisa dipakai berkali- kali. Sekaligus kita berdayakan UMKM khususnya para penjahit di Sekayu untuk memproduksi masker kain ini, agar membantu sumber pendapatannya,” bebernya.
Dodi sadar wabah virus corona juga berdampak pada pendapatan pedagang kecil, sektor informal termasuk penjahit. "Langkah ini sekalian membantu sosial ekonomi para penjahit. Kita rinci, pembuat masker kain mendapat Rp 3.500 per masker untuk ongkos kerja. Ke depan bila memungkinkan ongkosnya kita naikkan menjadi Rp 5.000 untuk 1 masker. Ini bisa dipakai berkali-kali," ujarnya.
Dodi berkeyakinan, Gerakan Masker Muba dapat membantu memutus penyebaran virus corona. Kata dia, bahwasanya beberapa waktu lalu, muncul pendapat jika yang sehat tidak perlu memakai masker.
Namun, seiring informasi yg lebih maju, sekarang orang yang terpapar virus pun terkadang tidak merasakan gejala sakit apapun. Tidak ada jaminan bahwa orang yang merasa sehat berarti tidak membawa virus. Maka, sebaiknya siapapun yg merasa sehat tetap memakai masker kain saat keluar rumah, untuk mencegah percikan liurnya mengenai orang lain.
Tentu ini bisa sukses jika semua orang melakukan hal yang sama. inilah yang mendasari Gerakan Masker Muba. Hanya jika kita semua bersama-sama melakukannya maka usaha menyetop penyebaran virus ini bisa berhasil.
Ketua Dekranasda Muba, Thia Yufada menyebutkan, akan berperan maksimal untuk gerakan masker Muba. "Ini langkah konkrit dan gerakan nyata untuk meminimalisir serta mencegah penularan covid-19," kata Thia.
Wanita Inspiratif Sumsel ini menambahkan gerakan masker Muba ini juga dapat meringankan beban UMKM khususnya penjahit di Muba yang saat ini terdampak akibat wabah covid-19. "Semoga gerakan masker Muba ini bermanfaat untuk warga Muba, serta warga Muba terhindar dari wabah Covid-19," harapnya.
Plt Kadisdagperin, Azizah SSos MT mengatakan, saat ini sudah ada puluhan penjahit yang mendapat order 10.000 masker tahap pertama. "Tahap pertama 10 ribu buah akan dibagikan gratis untuk masyarakat Muba. Masker kain digunakan bagi masyarakat yang sehat, tujuannya untuk back-up kelangkaan masker medis," urainya.