Rabu 01 Apr 2020 20:29 WIB

BKSDA Bengkulu Lepas Liar 56 Burung Dilindungi di TNBBS

Burung tersebut telah menjalani proses rehabilitasi di JSI-JAAN Lampung,

Rep: Deddy Darmawan Nasution / Red: Agus Yulianto
Kawasan hutan Tnbbs.
Foto: dok. Humas TNBBS Lampung
Kawasan hutan Tnbbs.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 56 ekor burung dilindungi, dilepasliarkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Selasa (31/3).

Jenis burung tersebut diantaranya Cica daun dahi emas tiga ekor, Cica daun kecil satu ekor, Cica daun besar 13 ekor, Tangkaruli sumatera dua ekor, Takur api delapan ekor, Serindit melayu 17 ekor, Betet ekor panjang enam ekor, dan Ekek layongan satu ekor.

Selain itu, ada pula burung yang tidak dilindungi antara lain Cica kopi melayu satu ekor, Brinji gunung satu ekor, dan Kacembang gadung tiga ekor.

Plt. Kepala Balai Besar TNBBS Ismanto mengatakan, dalam situasi penanggulangan Covid-19, kesejahtaraan satwa untuk layak hidup bebas di alam, jangan sampai terlupakan, dengan tetap menerapkan standar yang dianjurkan pemerintah.

Dikatakan Ismanto, pihaknya telah melakukan kajian terlebih dulu untuk lokasi pelepasliaran di TNBBS ini. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi adalah ketersedian pakan, air dan pelindung, serta keamanan dari jangkauan manusia.

“Keberadaan burung-burung ini juga penting bagi kawasan hutan, burung membantu proses penyerbukan bunga menjadi buah, menyebarkan biji, juga mengendalikan serangga yang menjadi hama, dan nilai eksistensi lainnya,” kata Ismanto dalam keterangannya, Rabu (1/4).

Beberapa satwa burung tersebut, kata dia, telah menjalani proses rehabilitasi di JSI-JAAN Lampung, yang merupakan hasil sitaan.

Kepala BKSDA Bengkulu Donal Hutasoit, menjelaskan, maraknya perdagangan satwa ilegal memerlukan pemantauan intensif. Data sampai dengan bulan Februari 2020, sedikitnya sekitar 19.175 ekor burung berhasil dilepasliarkan di kawasan hutan KPH Gunung Rajabasa, Taman Nasional Way Kambas, Tahura Wan Abdul Rahman, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

“Kegiatan ini merupakan keseriusan kita semua, untuk menjaga kelestarian satwa liar, dan keseimbangan ekosistemnya, dengan dukungan para pemangku kepentingan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement