Rabu 01 Apr 2020 05:00 WIB
Corona

Puisi Kelaparan Eropa Pater Carey, Perang Jawa, dan Corona

Kisah kiriman puisi dari Pater Carey

Pangeran Diponegoro mengenakan serban dan berkuda di antara para prajuritnya yang tengah berisitirahan di tepian Sungai Progo.
Foto:

                ****

Mirisnya,  setelah diprenungkan lagi keadannya pun sama dengan sekarang saat meluasnya pandemi Corona. Bila dulu wabah dan rusuh terjadi karena adanya revolusi industri dan revolusi Prancis, kini pun terjadi hal yang mirip berupa perubahan tatanan dunia yakni terjadi revolusi industru 4.0 dan Cina mulai menyaingi Amerika. Maka sama dengan yang terjadi pada saat tahun 1800-an. saat ini juga terjadi perubahan politik internasional.

Kala itu akibat Revolusi Prancis meletus, imbasnya Belanda diduduki Prancis. Turunan berikutnya, Hindia Belanda yang kala itu baru saja bangkrut dengan gulung tikarnya VOC, kekuasaan tertingginya beralih ke tangan tentara Prancis, yakni datangnya Gubernur Jendral  Daendels. Suasana Hindia Belanda saat itu jelas morat marit adanya tatanan baru ini.

Khusus uituk wilayah kerajaan Mataram yang menjadi pusat Perang Jawa, selain dihantam wabah kolera dan bencana, imbas perubahan tatanan dunia muncul berupa ketidakstabilan politik. Kerajaan ini jadi rebutan. Bahkan bala tentara Inggris pada 1808 dengan didukung Legiun Gurkha dari India menyerbu benteng kota dan menduduki kraton Jogja.

Pada peristiwa itu catatan sejarah mengatakan bila tentara Inggris dan Gurkha yang dibantu tentara kerajaan lokal lainnya, menjarah semua kekayaan kraton Jogja baik berupa barang berharga seperti emas, mutiara dan sejenisnya. Bahkan naskah Jawa dengan memakai 40 gerobak mereka angkut ke Inggris. Setelah itu muncul kraton baru lagi di Jogjakarta, yakni Pakualaman.

Adanya situasi ini tentu saja yang paling terpuruk rakyat kecil. Hidupnya benar-benar sengsara kala itu. Kesenjangan ekonomi tampak di mana-mana sebagai hal yang tak terperikan. Jadi antara persoalan tatanan dunia yang berubah hingga persoalan dalam negeri di wilayah Jawa yakni bencana alam, wabah kolera, hingga kemiskinan kemudian bersatu dan memicu perlawanan rakyat. Ekpesinya di antaranya muncul melalui perang Jawa yang maha dahsyat dan membangkrutkan pemerintah Belanda itu.

                        ****

Maka teringat itu semua dan atas adanya kiriman puisi dari Pater Carey mengenai suasana tinggal di rumah akibat adanya bencana kelaparan meluas di Eropa itu, memang mau tidak mau membuat bulu kuduk meremang. Tercenung. Meski akhirnya hanya bisa  berdoa: semoga semua kekhawatiran buruk tak terjadi. Mudah-mudahan bencana besar tak melanda tanah air tercinta di masa depan.

Dan sebelum ke mana-mana saya kutipkan pesan WA dari Peter Carey itu. Memang terasa indah. Tapi sekali lagi terasa horor dan mistis. Bunyi pesan berupa puisi berbahasa Inggris itu begini:

Kathleen O'Meara's poem, 'And People Stayed Home,' written in 1869, after the famine

.

And people stayed home
and read books and listened
and rested and exercised
and made art and played
and learned new ways of being
and stopped
and listened deeper
someone meditated
someone prayed
someone danced
someone met their shadow
and people began to think differently
and people healed
and in the absence of people who lived in ignorant ways,
dangerous, meaningless and heartless,
even the earth began to heal
and when the danger ended
and people found each other
grieved for the dead people
and they made new choices
and dreamed of new visions
and created new ways of life
and healed the earth completely
just as they were healed themselves.
 
Terjemahan bebasnya kurang lebih begini:

 

(Inilah) Puisi Kathleen O'Meara, 'And People Stayed Home,' yang ditulis pada tahun 1869, setelah masa paceklik (kelaparan):

Dan orang-orang tinggal di rumah

dan membaca buku dan mendengarkan

dan beristirahat dan berolahraga

dan membuat seni dan bermain

dan belajar cara-cara baru untuk menjadi

dan berhenti

dan mendengarkan lebih dalam

seseorang bermeditasi

seseorang berdoa

seseorang menari

seseorang dengan bayangannya

dan orang-orang mulai berpikir secara berbeda

dan orang-orang sembuh

dan dengan tidak adanya orang-orang yang hidup dalam cara-cara bodoh,

berbahaya, tak berarti dan tak berperasaan,

bahkan bumi mulai pulih

dan ketika bahaya berakhir

dan orang-orang saling menemukan

berduka untuk orang mati

dan mereka membuat pilihan baru

dan memimpikan visi baru

dan menciptakan cara hidup baru

dan menyembuhkan bumi sepenuhnya

sama seperti mereka disembuhkan sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement