****
Mirisnya, setelah diprenungkan lagi keadannya pun sama dengan sekarang saat meluasnya pandemi Corona. Bila dulu wabah dan rusuh terjadi karena adanya revolusi industri dan revolusi Prancis, kini pun terjadi hal yang mirip berupa perubahan tatanan dunia yakni terjadi revolusi industru 4.0 dan Cina mulai menyaingi Amerika. Maka sama dengan yang terjadi pada saat tahun 1800-an. saat ini juga terjadi perubahan politik internasional.
Kala itu akibat Revolusi Prancis meletus, imbasnya Belanda diduduki Prancis. Turunan berikutnya, Hindia Belanda yang kala itu baru saja bangkrut dengan gulung tikarnya VOC, kekuasaan tertingginya beralih ke tangan tentara Prancis, yakni datangnya Gubernur Jendral Daendels. Suasana Hindia Belanda saat itu jelas morat marit adanya tatanan baru ini.
Khusus uituk wilayah kerajaan Mataram yang menjadi pusat Perang Jawa, selain dihantam wabah kolera dan bencana, imbas perubahan tatanan dunia muncul berupa ketidakstabilan politik. Kerajaan ini jadi rebutan. Bahkan bala tentara Inggris pada 1808 dengan didukung Legiun Gurkha dari India menyerbu benteng kota dan menduduki kraton Jogja.
Pada peristiwa itu catatan sejarah mengatakan bila tentara Inggris dan Gurkha yang dibantu tentara kerajaan lokal lainnya, menjarah semua kekayaan kraton Jogja baik berupa barang berharga seperti emas, mutiara dan sejenisnya. Bahkan naskah Jawa dengan memakai 40 gerobak mereka angkut ke Inggris. Setelah itu muncul kraton baru lagi di Jogjakarta, yakni Pakualaman.
Adanya situasi ini tentu saja yang paling terpuruk rakyat kecil. Hidupnya benar-benar sengsara kala itu. Kesenjangan ekonomi tampak di mana-mana sebagai hal yang tak terperikan. Jadi antara persoalan tatanan dunia yang berubah hingga persoalan dalam negeri di wilayah Jawa yakni bencana alam, wabah kolera, hingga kemiskinan kemudian bersatu dan memicu perlawanan rakyat. Ekpesinya di antaranya muncul melalui perang Jawa yang maha dahsyat dan membangkrutkan pemerintah Belanda itu.
****
Maka teringat itu semua dan atas adanya kiriman puisi dari Pater Carey mengenai suasana tinggal di rumah akibat adanya bencana kelaparan meluas di Eropa itu, memang mau tidak mau membuat bulu kuduk meremang. Tercenung. Meski akhirnya hanya bisa berdoa: semoga semua kekhawatiran buruk tak terjadi. Mudah-mudahan bencana besar tak melanda tanah air tercinta di masa depan.
Dan sebelum ke mana-mana saya kutipkan pesan WA dari Peter Carey itu. Memang terasa indah. Tapi sekali lagi terasa horor dan mistis. Bunyi pesan berupa puisi berbahasa Inggris itu begini:
Kathleen O'Meara's poem, 'And People Stayed Home,' written in 1869, after the famine .
(Inilah) Puisi Kathleen O'Meara, 'And People Stayed Home,' yang ditulis pada tahun 1869, setelah masa paceklik (kelaparan):
Dan orang-orang tinggal di rumah
dan membaca buku dan mendengarkan
dan beristirahat dan berolahraga
dan membuat seni dan bermain
dan belajar cara-cara baru untuk menjadi
dan berhenti
dan mendengarkan lebih dalam
seseorang bermeditasi
seseorang berdoa
seseorang menari
seseorang dengan bayangannya
dan orang-orang mulai berpikir secara berbeda
dan orang-orang sembuh
dan dengan tidak adanya orang-orang yang hidup dalam cara-cara bodoh,
berbahaya, tak berarti dan tak berperasaan,
bahkan bumi mulai pulih
dan ketika bahaya berakhir
dan orang-orang saling menemukan
berduka untuk orang mati
dan mereka membuat pilihan baru
dan memimpikan visi baru
dan menciptakan cara hidup baru
dan menyembuhkan bumi sepenuhnya
sama seperti mereka disembuhkan sendiri.