Jumat 27 Mar 2020 15:38 WIB

Tiga Jenis Pasien yang Bisa Diterima di Wisma Atlet

RS Darurat di Wisma Atlet ditujukan bagi pasien ringan hingga sedang.

Petugas medis bersiap di ruang perawatan Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). Presiden Joko Widodo yang telah melakukan peninjauan tempat ini memastikan bahwa rumah sakit darurat ini siap digunakan untuk karantina dan perawatan pasien Covid-19
Foto: Antara/Kompas/Heru Sri Kumoro
Petugas medis bersiap di ruang perawatan Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). Presiden Joko Widodo yang telah melakukan peninjauan tempat ini memastikan bahwa rumah sakit darurat ini siap digunakan untuk karantina dan perawatan pasien Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ronggo Astungkoro, Sapto Andika Candra, Nawir Arsyad Akbar, Antara

Banyak masyarakat di Jabodetabek yang mengira bila memiliki gejala Covid-19 maka mereka bisa langsung mendatangi Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat, dan diterima untuk dirawat. Faktanya, ada tiga jenis pasien yang bisa diterima di Wisma Atlet.

Baca Juga

Dansatgas Kesehatan Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Brigjen TNI DR Agung H mengatakan terdapat tiga jenis pasien yang diterima di RS Darurat (RSD) urusan Covid-19. "Pertama, pasien dari rumah sakit dari kondisi ringan sampai sedang karena Covid-19," kata Agung di Jakarta, Jumat (27/3).

Kedua adalah mereka dari unsur masyarakat yang mengalami gangguan atau sakit Covid-19. Ketiga, pasien yang berasal dari penjemputan setelah ada laporan dari keluarga atau masyarakat bahwa yang berangkutan terindikasi sakit Covid-19.

"Kami bisa menjemput untuk dilakukan isolasi atau karantina di RSD Covid-19 ini," katanya.

Menurut dia, pasien Covid-19 saat pertama kali diisolasi akan mengalami persoalan psikologis. Alasannya keadaan lingkungan yang berbeda dari kesehariannya.

"Karena dari keadaan di rumah cukup bisa berinteraksi kemudian masuk ke sini dalam kondisi berkamar-kamar sendiri sehingga ada masalah itu. Dari beberapa hal pasien bisa adaptasi," kata dia.

RSD Wisma Atlet, kata dia, memiliki sejumlah fasilitas yang cukup untuk merawat pasien Covid-19. Kendati begitu, jika dalam keadaan tertentu pasien tidak dapat diatasi maka akan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih mumpuni. Yakni ke RS rujukan seperti RSPI Sulianti Saroso atau RSUP Persahabatan.

Rujukan akan diberikan oleh RS darurat kepada pasien yang dalam kondisi sakit ringan tapi membawa penyakit penyerta. Itu dilakukan karena memang RS darurat tidak didesain untuk menangani penyakit-penyakit yang lain selain Covid-19.

Pasien dengan gejala ringan tapi membawa penyakit komplikasi yang lain termasuk ke pasien yang akan dirujuk ke RS lain. Sekali lagi, alasannya karena RS di Wisma Atlet tidak didesain menangani penyakit-penyakit yang lain.

RSD Wisma Atlet juga tidak akan menerima pasien anak-anak. RS tersebut hanya menerima pasien dengan usia di atas 15 tahun. Bagi yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP), yang akan diterima ialah orang dengan usia lebih dari 60 tahun, penyakit penyertanya terkontrol, dan dapat menangani diri sendiri.

RSD disebut berbeda dengan RS yg lain, karena RS ini menerapkan sistem pelayanan self handling dengan sistem visit video call. Pasien dalam pemantauan (PDP) yang akan diterima untuk dirawat di RS darurat itu ialah pasien dengan keluhan ringan, sesak ringan hingga sedang, dan usianya lebih dari 15 tahun. Untuk pasien positif Covid-19, harus berusia lebih dari 15 tahun dengan kondisi napas sesak ringan hingga sedang dan tanpa penyakit penyerta.

Dia juga mengingatkan bagi masyarakat yang memiliki kemampuan untuk melakukan karantina Covid-19 secara mandiri di rumah tentu baik selama melakukannya disiplin. "Pasien yang mampu isolasi diri di rumah itu lebih baik. Bila ada keluhan silakan ke faskes yang ada di Jakarta ini," katanya.

Agung mengatakan berbagai informasi soal RSD Wisma Atlet dapat diakses melalui sambungan telepon 119 ekstensi 9 lewat Kementerian Kesehatan.

Hingga Kamis (26/3) pukul 20.00 WIB, tercatat ada total 231 pasien dengan 20 di antaranya berstatus positif Covid-19. "Jumlah pasien hingga pukul 20.00 WIB 231 orang, terdiri dari 137 pria dan 94 wanita," ungkap Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I, Laksamana Madya Yudo Margono, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Jumat (27/3).

Ia menjelaskan, 231 pasien tersebut terdiri dari pasien positif Covid-19, orang dalam pemantauan (ODP), dan pasien dalam pemantauan (PDP). Jumlah pasien yang berstatus positif Covid-19 ada sebanyak 20 orang, ODP 42 orang, dan PDP 169 orang.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan pemanfaatan wisma atlet Kemayoran merupakan upaya pemerintah untuk dapat memberikan penanganan maksimal bagi masyarakat yang diduga terpapar corona maupun dinyatakan positif Covid-19. "Bayangkan kita buat (RS Darurat di Wisma Atlet) ini tiga hari sampai empat hari selesai, langsung diresmikan, ada sedikit-sedikit kekurangan awal-awal, kami minta maaf dan berusaha semaksimal mungkin terus memperbaikinya," ujarnya, Jumat (27/3).

Arya mengaku tidak mudah mempersiapkan Wisma Atlet menjadi RS khusus penanganan darurat corona lantaran berpacu dengan waktu. Saat ini disebut 3.000 tempat tidur sudah disiapkan untuk merawat pasien Covid-19.

Wisma Atlet Kemayoran memiliki kapasitas total sebanyak 24 ribu orang. Secara umum, penggunaan rumah sakit darurat corona akan dibagi ke dalam tiga zona. Pertama, Zona Hijau adalah Tower 1. Zona ini akan diisi oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Hanya orang yang berkepentingan yang bisa memasuki daerah ini.

Kedua, Zona Kuning adalah Tower 3. Zona ini akan diisi oleh dokter, perawat dan petugas paramedis lainnya. Ketiga, Zona Merah adalah Tower 6-7 yang digunakan sebagai RS Darurat Penanganan Covid-19. Hanya mereka yang menggunakan APD lengkap yang bisa masuk ke zona ini selain pasien.

Dokter-dokter yang akan bekerja di sini gabungan dokter dari berbagai instansi, dari Kementerian Kesehatan, TNI/Polri, BUMN dan lain-lain. Wisma Atlet dikhususkan untuk merawat pasien corona ringan, tujuannya agar rumah sakit rujukan dapat fokus menangani pasien virus corona dengan kondisi berat.

Merebaknya virus corona diakui membuat masyarakat mudah panik. Apalagi penyebarannya di sejumlah daerah bertambah luas.

Anggota Komisi IX DPR Intan Fauzi meminta pemerintah dapat mengatasi kepanikan yang tengah terjadi di masyarakat akibat virus Covid-19 atau corona. "Jangan sampai berbondong-bondong ke rumah sakit. Tapi kepanikan itu harus diatasi pemerintah supaya tidak menjadi ekstrem," ujar Intan kepada wartawan, Jumat (27/3).

Ia menilai, saat ini pemerintah pusat dan daerah perlu melibatkan aparat penegak hukum untuk melakukan tindakan persuasif terkait isolasi mandiri di rumah. Hal ini perlu dilakukan agar warga tak melanggar dan mengerti apa yang tengah terjadi.

"Bukan hanya rakyat yang harus diberikan pemahaman, tapi pimpinan termasuk unit terkecil RT harus diberikan pemahaman bahwa ini penyakit," ujar Intan.

Dengan adanya koordinasi dari berbagai pihak, ia berharap pandemi virus corona tidak menyebar lebih luas. Ia ingin pemerintah belajar dari negara lain terkait penanganan dan pencegahannya.

"Jadi tetap harus ada pemahaman isolasi mandiri dan jangan sampai lengah. Harus belajar dari negara lain," ujar Intan.

photo
Gejala Covid-19 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement