Jumat 20 Mar 2020 16:51 WIB

Rapid Test di Zona Merah Corona Dimulai

Pemerintah memulai rapid test corona di wilayah Jakarta Selatan.

Pemerintah kini mulai mengkaji untuk melakukan rapid test pemeriksaan virus corona secara cepat. (AP Photo/John Minchillo)
Foto: AP Photo/John Minchillo
Pemerintah kini mulai mengkaji untuk melakukan rapid test pemeriksaan virus corona secara cepat. (AP Photo/John Minchillo)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Dessy Suciati Saputri, Muhammad Nursyamsi

Jumlah kasus positif corona di Indonesia menunjukkan akselerasi dengan penambahan sebanyak 60 orang yang terinfeksi virus corona. Sehingga per Jumat (20/3) sore ini, sudah ada 369 kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Baca Juga

Selain jumlah kasus positif, pemerintah lewat Juru Bicara Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, juga mengumumkan 17 pasien di antaranya dinyatakan sembuh dan 32 orang lainnya meninggal dunia.

"Ada 60 kasus baru, sehingga jumlah total adalah 369. Kemudian ada penambahan satu kasus sembuh sehingga total menjadi 17. Dan tambahan kasus meninggal sebanyak 7 orang sehingga total 32 orang," kata Yurianto, Jumat (20/3).

Jika dilihat dari angka-angka di atas, penambahan angka kematian yang selalu muncul setiap Yurianto merilis datanya harus menjadi perhatian. Dengan total 32 kasus kematian, menunjukkan tingginya tingkat fatalitas kasus corona di Indonesia.

Korea Selatan (Korsel) sebagai salah satu negara dengan kasus corona terbanyak di dunia, telah membuktikan, bahwa mereka berhasil menekan jumlah angka kematian meski banyak warganya yang terinfeksi. Dengan jumlah orang terinfeksi pada kisaran 8.000 kasus, laju kematian (death rate) Korsel di bawah 1 persen atau 81 kematian.

Langkah yang mereka ambil adalah sebanyak mungkin melakukan tes terhadap orang-orang yang diduga melakukan kontak dekat (close contact) dengan pasien positif corona. Dengan semakin banyak orang dites, maka akan diketahui para suspect sehingga pasien semakin segera tertangani. Warga juga menjadi waspada untuk secara mandiri menjaga jarak sosial atau bahkan mengisolasi diri.

Langkah Korsel ini sepertinya mulai ditiru oleh Pemerintah Indonesia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (19/3) memerintahkan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 segera menjalankan rapid test atau tes cepat untuk mendeteksi dini sebanyak mungkin orang dengan risiko terinfeksi virus corona. Jokowi meminta rapid test ini dilakukan dalam cakupan luas sehingga bisa menjaring lebih banyak spesimen yang diperiksa.

"Agar deteksi dini, kemungkinan indikasi awal seorang terpapar Covid-19 bisa kita lakukan. Saya minta rapid test terus diperbanyak dan juga perbanyak tempat-tempat untuk melakukan tes dan melibatkan RS, baik pemerintah, milik BUMN, pemda, RS milik TNI, polri, dan swasta, dan lembaga riset, dan perguruan tinggi," kata Jokowi dalam sambutan rapat terbatas, Kamis (19/3).

Pada hari ini, Jokowi menyatakan, rapid test ini mulai dilakukan di wilayah yang berdasarkan hasil pemetaan menunjukkan indikasi sebagai daerah paling rawan penyebaran virus corona. Yakni, di Jakarta Selatan.

“Hari ini pemerintah telah mulai melakukan rapid test sebagai upaya untuk memperoleh indikasi awal kalau ada seseorang positif terinfeksi Covid-19 ataukah tidak,” ujar Jokowi saat konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (20/3).

Ia menjelaskan, rapid test ini dilakukan kepada masyarakat yang berdasarkan hasil pelacakan diketahui melakukan kontak dekat dengan pasien positif Corona. Petugas medis pun mendatangi kontak terdekat dari rumah ke rumah.

“Sehingga dari situlah didatangi dari rumah ke rumah untuk dites. Jadi memang ada prioritas dan kita memprioritaskan wilayah yang menurut hasil pemetaan menunjukan indikasi yang paling rawan. Di Jakarta Selatan,” tambah dia.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo, menjelaskan bahwa tes cepat Covid-19 diprioritaskan untuk masyarakat, siapapun, yang pernah mengalami kontak langsung dengan pasien positif. Apalagi, bagi orang yang pernah kontak dengan pasien Covid-19 dan menunjukkan gejala seperti demam, batuk, dan pilek.

"Tentunya ini menjadi prioritas utama. Kalau seluruh masyarakat harus mendapat rapid test ini, mungkin akan sangat sulit. Karena akan sangat banyak, penduduk kita jumlahnya 270 juta jiwa," jelas Doni dalam keterangannya, Kamis (19/3).

Tim di lapangan, ujar Doni, juga akan secara aktif melakukan penelusuran melalui para pasien yang sudah dinyatakan positif Covid-19. Berdasarkan informasi kontak yang dilakukan para pasien ini, tim akan mencoba meminta siapa pun yang pernah melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19 untuk menjalani rapid test.

"Nanti kita koordinasi dengan tim medis di lapangan, dengan mereka yang tergabung dalam tim deteksi yang terdiri dari tim gabungan, ada unsur TNI, unsur Polri, ada juga unsur dari intelejen yaitu BIN," jelas Doni.

Test kit dari luar negeri

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan pasokan rapid test kit atau alat tes cepat deteksi corona dari luar negeri terus masuk ke Indonesia. Erick menyebut pasokan alat tes cepat deteksi corona berasal dari bantuan negara lain maupun pembelian yang dilakukan BUMN. Erick menyebut alat tes cepat deteksi Korona yang dari China telah diserahkan kepada Kemenkes.

"Alhamdulillah kita terima kasih mendapat bantuan dari Singapura yang gratis berupa test kit," ujar Erick dalam konferensi digital yang dilakukan Kementerian BUMN, Jumat (20/3).

Tak hanya bantuan gratis dari Singapura, BUMN juga terus mencari alat deteksi corona dari negara lain. Erick menjelaskan banyak negara yang menawarkan pengadaan alat deteksi corona. Kendati begitu, BUMN mengedepankan prinsip kehati-hatian sebelum memesan alat deteksi corona dari negara lain.

"Pada hari ini banyak sekali penawaran untuk membeli test kit tapi kita juga menjaga yang kualitasnya kita jaga," lanjutnya.

Oleh karena itu, ucap Erick, BUMN melibatkan banyak tenaga ahli dari dokter hingga BUMN farmasi dan Kementerian Kesehatan dalam memutuskan pembelian alat tes cepat deteksi corona. Erick menyebut BUMN telah memesan alat deteksi corona dari Swiss berdasarkan rekomendasi dari para ahli.

"Kita (sudah) beli juga dari Swiss, itu kita juga sudah pesan dan akhir bulan ini datang dan kita akan keluarkan," ungkap Erick.

Erick enggan mengungkapkan jumlah dan merek alat deteksi corona lantaran dikhawatirkan akan menimbulkan perdebatan yang kontraproduktif. Menurut Erick, yang terpenting saat ini adalah mampu memberikan penanganan maksimal bagi masyarakat yang terduga terjangkit corona maupun yang sudah dinyatakan positif.

"Yang sekarang harus ada (test kit) karena kita tidak mau warga panik, itu kenapa pak presiden buat pernyataan seluruh anggaran akan direvisi untuk hal-hal kesehatan, social safety, dan menjaga daya beli masyarakat, baik APBN, APBD," kata Erick menambahkan.

photo
Tambahan 227 RS untuk Rawan Pasien Corona - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement