Rabu 18 Mar 2020 14:05 WIB

Cegah Corona dengan Social Distancing, Apa Itu?

Social distancing memutus mata rantai penularan corona (covid-19).

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Friska Yolandha
Masjid Salman menerapkan barisan berjarak social distancing untuk mencegah corona. Social distancing diharapkan dapat memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Foto: istimewa/IG Masjid Salman
Masjid Salman menerapkan barisan berjarak social distancing untuk mencegah corona. Social distancing diharapkan dapat memutus mata rantai penyebaran virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengklaim telah melakukan upaya untuk mengatasi penyebaran virus novel corona (Covid-19). Upaya itu dengan menerapkan kebijakan berdiam diri di rumah (social distancing). Individu diminta untuk berkontribusi menekan penyebaran virus dengan melindungi dirinya di rumah.

"Respons pemerintah untuk mengatasi Covid-19 adalah menerapkan social distancing. Upaya ini untuk memutus mata rantai penularan Covid-19," ujar Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Brian Prahastuti saat video conference update Covid-19 melalui akun youtube saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rabu (18/3).

Baca Juga

Ia menjelaskan, dalam social distancing atau pembatasan sosial, individu ditempatkan sebagai subyek untuk berkontribusi melindungi dirinya dan tidak menularkan virus ke orang lain. Seseorang diminta menjaga jarak sosial dengan orang lain agar tidak menularkan atau tertular virus, dalam hal ini corona.

Sebelumnya pemerintah melalui gugus tugas penanganan virus novel corona (Covid-19) menginstruksikan masyarakat mematuhi pembatasan sosial untuk menghindari penularan. Salah satu bentuk pembatasan sosial adalah menjaga jarak hingga lima langkah.

"Social distancing artinya menjaga jarak sosial dengan orang lain yaitu lima langkah," ujar Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito saat video conference yang ditayangkan melalui akun youtube saluran BNPB, Rabu (18/3).

Ia mengimbau masyarakat benar-benar mematuhinya dan beraktivitas di rumah. Misalnya belajar di rumah untuk menghindari kontak erat sebab jika tetap memaksa menempuh ilmu di kampus maka ini menjadi risiko karena jarak antara satu orang dengan orang lain berdekatan.

Kalaupun harus pergi dari rumah, ia meminta masyarakat untuk sementara tidak berjabat tangan dengan orang lain, sering mencuci tangan, sebisa mungkin hindari kerumunan. Selain itu, dia melanjutkan, masyarakat bisa menggunakan masker wajah atau sapu tangan ketika berada di tempat ramai dan hindari pegangan tangan di commuter line (KRL) hingga tombol di lift.

"Kalau (keluar rumah) tidak bisa dihindari, maka sering cuci tangan," katanya.

Ia juga meminta masyarakat terapkan etika batuk dengan benar yaitu menggunakan siku, lengan sehingga partikel air liur (droplet) tidak menyebar. Tak hanya itu, ia juga meminta masyarakat menjaga daya tahan tubuhnya. Sebab, ia menjelaskan penyakit ini bisa dilawan dengan daya tahan tubuh manusia. Sebab kalau tubuh sehat maka virus ini dilawan antibodi yang sudah ada di tubuhnya. 

Pihaknya meyakini upaya-upaya ini lebih efektif karena jumlah masyarakat Indonesia lebih banyak yang sehat dibandingkan yang terinfeksi virus itu. 

Ia menyebut kini jumlah penduduk Indonesia hampir 270 juta jiwa berbanding 172 yang positif terinfeksi Covid-19 dan tujuh jiwa yang meninggal tentu lebih banyak yang sehat. "Artinya kalau melakukan hal seperti ini maka bisa melawan musuh kita," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement