Selasa 17 Mar 2020 20:28 WIB

IDAI: Ambil Pelajaran Penanganan Covid-19 Italia Vs Vietnam

IDAI sarankan pemerintah ambil pelajaran dari penanganan Covid-19 di Italia, Vietnam.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Penyebaran virus corona. IDAI menyarankan pemerintah ambil pelajaran dari penanganan Covid-19 di Italia, Vietnam.
Foto: MgIT03
Penyebaran virus corona. IDAI menyarankan pemerintah ambil pelajaran dari penanganan Covid-19 di Italia, Vietnam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Dr Darmawan Budi Setyanto, SpA(K) dari Perwakilan Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengatakan, Covid-19 adalah penyakit yang menyerang saluran napas. Penyakit ini  penularannya lebih mudah dan cepat lewat percikan liur dan benda yang terkontaminasi oleh pasien Covid-19.

"Karena penularannya adalah sangat mudah, maka ketika orang berkumpul bersama-sama maka itu berpotensi saling menular," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Baca Juga

Darmawan menjelaskan, ketika orang positif Covid-19 batuk atau bersin di tempat keramaian tanpa memakai masker, maka dia akan mencermari lingkungan sekitarnya. Orang yang didekatnya berisiko terkena percikannya.

Demikian juga benda-benda yang berada di sekitarnya. Begitu terpegang oleh orang, virus yang menempel di permukaan terkontamiansi itu akan menyebar.

"Kerumunan dan keramaian inilah sarana penularan yang sangat baik," ujarnya.

IDAI pun sangat merekomendasikan tindakan isolasi, karantina, dan lockdown sebagai langkah untuk memutus mata rantai penularan dan penyebaran Covid-19. Darmawan mengatakan, Indonesia bisa mengambil pelajaran dari dua negara yang lebih dulu dihantam badai penyakit Covid-19 ini, yaitu Italia dan Vietnam.

Italia awalnya menganggap sepele, tidak segera melakukan tindakan cepat, drastis, dan cenderung berlambat-lambat. Dampaknya, Covid-19 menyebar sangat cepat di sana.

Berbeda dengan Vietnam, ketika awal kasus belum banyak, mereka langsung mengambil tindakan drastis, mengisolasi, mengarantina, mengidentifikasi episentrum, dan mengendalikan pergerakan orang-orangnya. Alhasil, laju perkembangan penularannya menjadi lambat.

Mencermati hal tersebut, Darmawan menilai, gerakan penanganan Covid-19 harus berskala nasional. Penanganannya tidak bisa per daerah.

"Ini harus nasional keputusannya," ujar Darmawan.

Mewakili organisasinya, Darmawan mengharapkan adanya transparansi data kasus Covid-19. Terlebih, selama ini, banyak dokter yang menangani kasus, mengirimkan spesimen, tapi tidak tahu hasilnya.

"Bayangkan kami menangani kasus dalam kegelapan informasi, makanya kami minta tranparansi," ujarnya.

Ketua Umum PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Aman B Pulungan SpA(K) menyerukan pemerintah agar menerapkan lockdown minimal secara parsial di Jabodetabek untuk mencegah penyebaran penyakit akibat infeksi virus corona tipe baru, Covid-19. Ia menjelaskan, Jabodetabek merupakan sumber penularan Covid-19 paling besar, khususnya bagi anak-anak yang memiliki kekebalan tubuh lebih rendah dibandingkan orang dewasa.

Aman mengungkapkan, kasus di Solo, Jawa Tengah, penularannya dari Bogor. Sementara itu, DI Yogyakarta mengatakan, penularan kemungkinan dari Depok.

"Jadi, berarti Jabodetabek sumber penularan paling besar," kata Aman.

Menanggapi usulan tersebut, Juru Bicara Wakil Presiden Masduki Baidlowi pada Selasa mengungkap, pertimbangan Pemerintah untuk tidak memilih opsi lockdown dalam mencegah penyebaran virus corona. Menurutnya, lockdown akan menghentikan ekonomi dalam negeri.

Pada Selasa, kasus positif corona di Indonesia telah mencapai 172. Kasus itu terjaring dari pengujian 2.300 spesimen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement