REPUBLIKA.CO.ID, Antara, Umar Mukhtar, Antara
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus infeksi penyakit dan kematian yang disebabkan Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia telah melampaui dan angka terjadi di China. Berdasarkan laporan situasi harian per 16 Maret 2020 yang dikutip dari laman resmi WHO, Selasa (17/3), total kasus positif Covid-19 di 151 negara secara global mencapai 86.434 kasus dengan 3.388 orang meninggal, sementara di China total kasus sebanyak 81.077 dengan total kematian 3.218 jiwa.
Pada Senin (16/3), kasus baru virus corona tipe baru di dunia semakin menembus angka tertingginya yaitu 13.874 per hari dan merenggut 848 jiwa. Sementara di China, ada pertambahan 29 kasus dan 14 kematian baru di hari yang sama, dengan angka pasien yang terjangkit fluktuatif antara belasan hingga kurang dari 30 kasus baru per harinya.
Angka terbanyak pasien terjangkit Covid-19 di Italia dengan total 24.747 kasus (3.590 kasus baru) dengan angka kematian mencapai 1.809 jiwa (368 kematian baru). Kasus terbanyak selanjutnya di Iran dengan total 14.991 kasus (2.262 kasus baru) dan total kematian 853 jiwa (245 kematian baru).
Korea Selatan total 8.236 kasus (74 kasus baru) dengan 75 kematian tanpa ada angka kematian baru. Korea Selatan sebelumnya menjadi negara paling banyak terjadi kasus setelah China, namun pemerintahnya berhasil menekan kasus hingga di bawah 100 kasus per hari yang tadinya lebih dari 500 kasus per hari.
Benua Eropa menjadi episentrum penularan karena banyak negara-negara di benua tersebut yang memiliki kasus di atas 1.000, yaitu Spanyol 7.753 kasus (2.000 kasus baru), Prancis 5.380 kasus (911 kasus baru), Jerman 4.838 (1.043 kasus baru), Swiss 2.200 (841 kasus baru), Inggris 1.395 (251 kasus baru), Belanda 1.135 (176 kasus baru), Belgia 1.085 (396 kasus baru), Norwegia 1.077 (170 kasus baru). Sedangkan Amerika Serikat (AS) terdapat 1.678 kasus dan 41 orang meninggal.
Adapun, di Indonesia kasus positif Covid menjadi 134 dan lima pasien di antaranya meninggal. Jumlah kematian di Indonesia kini menjadi yang tertinggi di wilayah kerja WHO di Asia Tenggara.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, bahwa penanganan Covid-19 harus dilakukan secara komprehensif oleh setiap negara. Menurutnya, penerapan pembatasan sosial atau social distancing tidak cukup untuk mengatasi penularan penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru tersebut.
Saat menyampaikan keterangan kepada media pada Senin (16/3), Tedros mengatakan bahwa penerapan pembatasan interaksi sosial langsung, seperti peliburan sekolah dan pembatalan kegiatan olahraga untuk mengendalikan penularan Covid-19 belakangan meningkat. Tindakan pembatasan sosial dapat membantu mengurangi penularan dan memungkinkan sistem kesehatan untuk mengatasinya.
"Cuci tangan dan menutup mulut menggunakan siku saat batuk bisa mengurangi risiko diri sendiri dan orang lain, tapi itu saja tidak cukup untuk menumpas pandemi ini, seperti yang selalu saya katakan, semua negara harus menjalankan pendekatan komprehensif," kata Tedros.
Dia mengatakan, cara paling efektif untuk mencegah infeksi dan menyelamatkan jiwa adalah memutus rantai penularan. Untuk itu perlu melakukan pemeriksaan dan karantina harus dilakukan.
"Anda tidak bisa melawan api dengan mata tertutup, dan kita tidak bisa menghentikan pandemi ini jika kita tidak tahu siapa yang terinfeksi. Kami punya pesan sederhana untuk semua negara: tes, tes, tes. Periksa setiap kasus yang dicurigai (Covid-19)," kata Tedros.
"Once again, our key message is:
test,
test,
test.
This is a serious disease. Although the evidence we have suggests that those over 60 are at highest risk, young people, including children, have died"-@DrTedros #COVID19 #coronavirus
— World Health Organization (WHO) (@WHO) March 16, 2020
Juru Bicara Senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Fadela Chaib menyatakan, seluruh pemerintah perlu meningkatkan tindakan pencegahan tentang penyebaran, diagnosis dan pengobatan virus corona. Hal ini dia sampaikan kepada kantor berita Turki, Anadolu Agency, Senin (16/3) waktu setempat.
Chaib mengatakan sistem darurat memang akan siap, tetapi kapasitas untuk diagnosis dan perawatan harus ditingkatkan. Peralatan rumah sakit juga harus siap setiap saat dan perawatan medis yang menyelamatkan jiwa harus ditingkatkan.
Dia juga menyarankan semua orang untuk mematuhi aturan kebersihan, mengikuti arahan dari pejabat kesehatan internasional dan sumber informasi yang dapat dipercaya seperti WHO. Untuk mencegah berita hoaks tentang virus yang dikenal sebagai Covid-19 ini, lanjut Chaib, badan PBB akan berkolaborasi dengan platform media sosial seperti Twitter, Facebook, Pinterest, Tencent dan Tiktok.
Di negara-negara yang dilanda pandemi, kolaborasi akan memungkinkan pengguna daring diarahkan secara otomatis ke situs web WHO. Sementara itu, Tarik Jasarevic, juru bicara WHO lainnya mengatakan, setiap negara harus mengambil langkah tergantung pada kondisi mereka sendiri dan penyebaran virus di negara mereka.
"Yang paling penting adalah semua orang bekerja bersama dan memenuhi tanggung jawab mereka. Kami mengajak warga semua untuk mengikuti arahan dari pejabat kesehatan dan membantu orang lain sebanyak mungkin," katanya, seraya mengingatkan, bahwa sangat penting bagi lansia untuk menghindari tempat keramaian.
Virus corona muncul di Wuhan, China Desember lalu, dan telah menyebar ke setidaknya 146 negara dan wilayah. WHO telah menetapkan wabah Corona sebagai pandemi.