Selasa 17 Mar 2020 09:51 WIB

New York Hadapi Corona dengan Mentalitas Perang

New York bersiap menghadapi skenario terburuk epidemi corona di AS.

Seorang pria menarik gerai makanannya melewati jalanan yang sepi dekat Times Square, New York, Senin (16/3) waktu Indonesia. Wali Kota New York mengumumkan penutupan restoran dan tempat publik lainnya akibat merebaknya virus corona jenis baru. (AP/Wong Maye-E)
Foto: AP/Wong Maye-E
Seorang pria menarik gerai makanannya melewati jalanan yang sepi dekat Times Square, New York, Senin (16/3) waktu Indonesia. Wali Kota New York mengumumkan penutupan restoran dan tempat publik lainnya akibat merebaknya virus corona jenis baru. (AP/Wong Maye-E)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Lintar Satria Zulfikar, Farah Nabila, Reuters

Bar, restoran, bioskop, dan gedung pertunjukan di penjuru New York, Los Angeles dan kota-kota besar lainnya di Amerika Serikat (AS) ditutup. Langkah ini dilakukan saat upaya menahan penyebaran virus corona atau Covid-19.

Baca Juga

Wali Kota New York Bill de Blasio mengatakan ia sudah memerintahkan restoran, bar dan kafe hanya menjual makanan mereka untuk dibawa atau dikirimkan ke rumah. Ia juga mengatakan akan memerintahkan klub malam, bioskop, bioskop kecil dan tempat konser ditutup.

"Tempat-tempat ini bagian dari jantung dan jiwa kota, tapi kota kami sedang menghadapi ancaman yang tak biasa dan kami harus meresponnya dengan mentalitas perang," kata Blasio, Senin (16/3). 

Gubernur New York Andrew Cuomo juga telah mengumumkan untuk pertama kalinya dalam 258 tahun Parade Saint Patrick Day di kota New York ditunda. Acara yang dijadwalkan pada 17 Maret itu salah satu acara besar yang dibatalkan menyusul pembatalan di Chicago, Boston dan ibu kota Irlandia, Dublin.

Parade di New York menghormati warisan budaya Irlndia yang lebih tua dari Amerika Serikat. Parade ini biasanya dihadiri ribuan orang dan penonton di Manhattan’s Fifth Avenue.

Cuomo mengatakan, risiko penularan di luar ruangan mungkin lebih rendah. Tetapi pakar kesehatan memintannya untuk membatalkan parade tersebut. 

"Meskipun saya tahu penyelenggara tidak membuat keputusan ini dengan ringan, pakar kesehatan sepakat salah satu cara yang paling efektif untuk menahan penyebaran virus adalah dengan membatasi pertemuan besar dan kontak dekat dan saya memuji kepemimpinan penyelenggar yang bekerja sama dengan kami," kata Cuomo dalam pernyataanya, Kamis (12/3).

Pekan lalu, Times melaporkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) memproyeksikan skenario terburuk epidemi virus corona. Menurut CDC skenario terburuknya virus ini dapat menginfeksi 160 juta sampai 214 juta orang dan menewaskan 200 ribu sampai 1,7 juta warga AS kurang dari satu tahun.

Dilansir dari New York Magazine (16/3), skenario ini tidak memasukkan upaya yang sedang berjalan untuk menanggulangi epidemi. Tetapi, hanya menunjukkan apa yang akan terjadi bila tidak ada tindakan untuk memperlambat laju penyebaran virus.

Times melaporkan skenario itu salah satu dari empat model yang dipresentasikan oleh epidemiologis Matthew Biggerstaff. Keempat model ini mencerminkan asumsi yang berbeda-beda tentang sifat Covid-19 dan kemungkinan AS meresponsnya.

Proyeksi ini juga menyinggung epidemi di AS dapat membuat sekitar 2,4 juta sampai 21 juta orang masuk rumah sakit. Tergantung dengan jangka waktunya, beban ini dapat menghancurkan sistem kesehatan AS.

Rumah sakit-rumah sakit di AS saat ini hanya memiliki sekitar 925 ribu kasur dan sekitar 100 ribu kasur untuk pasien kritis. Times melaporkan para pakar mengatakan epidemi di AS dapat berlangsung 'selama bulan-bulan atau bahkan tahun jika infeksi terkonsentrasi dalam jangka waktu yang lebih singkat, secara bersamaan di berbagai komunitas'. 

Namun, skenario terburuk itu sudah dimitigasi karena kota-kota, negara bagian-negara bagian, perusahaan-perusahaan, dan individu-individu di AS mulai berusaha memperlambat laju penyebaran. Menurut CDC ada beberapa pihak yang lebih agresif dibandingkan yang lainnya. 

Lembaga yang berwenangan dalam krisis Covid-19 di AS itu mengatakan, upaya yang mereka pimpin dalam mengembangkan model canggih menunjukkan intervensi penyebaran dapat menurunkan angka kemungkinan skenario terburuk. Walaupun mungkin hasilnya tidak disampaikan ke publik.

"Empat skenario itu memiliki parameter yang berbeda, itu mengapa cakupan proyeksinya luas," kata CDC seperti dikutip New York Magazine.

CDC menambahkan, asumsi-asumsinya beranggapan setiap orang yang memiliki Covid-19 akan menginfeksi dua atau tiga orang. Maka tingkat orang yang masuk rumah sakit antara 3 atau 21 persen dan 1 persen sampai seperempat orang yang mengalami gejala akan meninggal dunia.

"Asumsi-asumsi ini berdasarkan apa yang sudah diketahui sejauh ini tentang perilaku virus di konteks yang berbeda termasuk di China," tambah CDC.

Perubahan gaya hidup

Pandemi Covid-19 juga memaksa perubahan kebiasaan gaya hidup warga New York. Salah satunya adalah mulai maraknya penggunaan sepeda oleh warga setempat kala beraktivitas.

Pada awalnya, tidak pasti apakah warga New York bisa mengikuti anjuran Wali Kota De Blasio itu. Apalagi, jaringan jalur sepeda tidak konsisten di kota itu.

Jalur sepeda sering terhalang oleh mobil dan truk yang diparkir atau tidak digunakan. De Blasio mengakui dia merasa perlu meningkatkan keterampilan bersepeda sebelum mencoba menavigasi kota itu dengan dua roda.

De Blasio bahkan mendorong beberapa pendukung goweser untuk mendesak wali kota agar berusaha untuk membangun jalur sepeda yang mulus dan lancar. Ia juga ingin warga meminta mereka untuk mendesak perlindungan pengendara sepeda yang tidak berpengalaman.

Sekarang, kurang dari satu pekan kemudian setelah ajakan itu, pada Rabu pekan lalu, Departemen Perhubungan kota mengumumkan, pihaknya melihat peningkatan 50 persen dalam lalu lintas sepeda di jembatan yang menghubungkan Manhattan ke Brooklyn dan Queens dibandingkan Maret lalu.

Hal ini menunjukkan, kurangnya pengalaman dan hambatan fisik bukanlah hambatan yang besar bagi warga New York untuk mengadopsi sepeda, yaitu alat transportasi yang lebih higienis, ramah iklim, dan bertenaga manusia ini. Program berbagi sepeda di Kota New York, Citi Bike, juga mengalami peningkatan permintaan yang besar.

Citi Bike mengumumkan pada Kamis pekan lalu, bahwa perjalanan naik 67 persen dibandingkan tahun lalu. Meskipun jelas bahwa tindakan pencegahan Covid-19 mendorong sebagian besar orang bersepeda, beberapa lonjakan bersepeda di New York saat ini mungkin disebabkan oleh cuaca hangat yang tidak sesuai musim tahun ini.

Meskipun masuknya pengendara yang tidak berpengalaman ditengarai akan membuat jalan-jalan kota kurang aman, hal yang terjadi justru sebaliknya. Semakin banyak pengendara sepeda di jalan, semakin aman mereka, karena pengendara terpaksa menjadi lebih perhatian.

Saat ini, ada lebih sedikit pengendara di jalan-jalan New York City. Pandemi virus corona juga telah menyebabkan penurunan 15 jam dalam lalu lintas jam sibuk pada pekan ini dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu.

Itu berarti lebih sedikit polusi bagi pengendara sepeda untuk tersedak dan lebih sedikit kemungkinan tabrakan berbahaya. Tidak ada yang tahu apakah lonjakan bersepeda di New York akan bertahan lebih lama dari wabah virus corona ini. Namun, untuk sekarang, kombinasi lebih banyak sepeda dan lebih sedikit mobil menciptakan jalan-jalan yang lebih aman dan lebih hijau di kota terbesar di negara itu.

photo
WHO Nyatakan Wabah Corona Sebagai Pandemi - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement