REPUBLIKA.CO.ID, oleh Kamran Dikarma, Dwina Agustin, Adinda Pryanka, Antara
Uni Eropa mengecam larangan perjalanan yang diambil Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap 26 negara Eropa dengan tujuan mencegah penyebaran virus corona jenis baru atau Covid-19. Trump dinilai mengambil keputusan sepihak dan tanpa berkonsultasi.
"Uni Eropa tidak menyetujui fakta bahwa keputusan AS untuk memberlakukan larangan perjalanan diambil secara sepihak dan tanpa konsultasi," kata Presiden Komisi Eropa Charles Michel dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam sebuah pernyataan bersama pada Kamis (12/3), dikutip laman The Guardian.
Menurut mereka, Covid-19 adalah krisis global. "(Virus) tidak terbatas pada benua mana pun dan membutuhkan kerja sama daripada tindakan sepihak," ujar Michel dan Von der Leyen.
Trump memutuskan menangguhkan semua penerbangan dari Eropa selama 30 hari. “Untuk mencegah kasus-kasus baru (Covid-19) memasuki tanah kami, kami akan menangguhkan semua perjalanan dari Eropa ke AS,” kata Trump pada Rabu (11/3) malam waktu setempat, dikutip laman BBC.
Dia mengungkapkan penangguhan mulai berlaku pada Jumat (13/3) tengah malam. Menurut Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, mereka yang terkena dampak adalah negara-negara Area Schengen termasuk Austria, Belgia, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Islandia, Italia, Latvia, Liechtenstein, Lithuania, Luksemburg, Malta, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia dan Swiss.
Namun Inggris tak terdampak penangguhan tersebut. Dengan demikian, penerbangan dari dan ke AS masih dapat dilakukan. Saat ini terdapat 1.135 kasus Covid-19 di AS. Jumlah korban meninggal akibat virus itu adalah 39 jiwa.
Trump mengatakan Eropa adalah salah satu penyebab penyebaran virus corona tipe baru, Covid-19, di Amerika Serikat. Pembatasan perjalanan ke Eropa sama dengan apa yang dikatakan Trump terkait membatasi penerbangan dari China ketika penyakit itu menyebar dengan liar di sana.
Uni Eropa dinilainya gagal mengambil langkah pencegahan dan membatasi perjalanan dari China dan tempat-tempat yang terkena virus corona lainnya. Akibatnya, sebagian besar tempat di Amerika Serikat dibanjiri pelancong dari Eropa.
"Kami sedang menyusun kekuatan penuh untuk melindungi rakyat Amerika," ujar Trump dalam pidatonya di Ruang Oval Gedung Putih. "Ini adalah upaya paling agresif dan komprehensif untuk menghadapi virus asing dalam sejarah modern," katanya.
Arab Saudi juga memperpanjang larangan terbang dan bepergian dengan memasukkan negara-negara Uni Eropa dan 12 negara lain mulai Kamis (12/3). Ketetapan itu diambil setelah kerajaan mengumumkan 24 kasus baru virus corona dalam semalam sehingga total menjadi 45 kasus.
Selain negara-negara anggota Uni Eropa, 12 negara lain yang mendapatkan larangan adalah Swiss, India, Pakistan, Sri Lanka, Filipina, Sudan, Ethiopia, Sudan Selatan, Eritrea, Kenya, Djibouti, dan Somalia. Warga dan penduduk di yurisdiksi itu memiliki 72 jam untuk kembali ke Saudi sebelum dilarang masuk nantinya.
Kantor berita pemerintah SPA, mengutip sumber resmi di Kementerian Dalam Negeri menjelaskan, lalu lintas penumpang melalui semua penyeberangan darat dengan Yordania juga ditangguhkan. Sementara, lalu lintas komersial dan kargo masih diperbolehkan.
Keputusan itu memberi pengecualian kepada pekerja kesehatan dari Filipina dan India. Beberapa orang yang terlibat dalam tindakan evakuasi, pengiriman, dan perjalanan perdagangan yang melibatkan tindakan pencegahan juga tidak terkena pelarangan tersebut.
Kerajaan telah melarang perjalanan ke 19 negara, termasuk negara-negara tetangga Arab. Padahal, jutaan pekerja migran di Arab Saudi berasal dari banyak negara tersebut.
Untuk menahan penyebaran lebih luas, Saudi akan memberlakukan denda hingga 500 ribu riyal pada orang-orang yang tidak mengungkapkan informasi kesehatan dan rincian perjalanan di titik masuk ke negara tersebut. Pemerintah pun telah menutup wilayah penghasil minyak Qatif, menunda kedatangan jamaah umrah, menutup sekolah dan bioskop di seluruh negeri, membatalkan konferensi dan acara olahraga, serta menunda pertemuan menteri G20 yang dijadwalkan pekan depan.
Larangan terbang dari dan ke Eropa telah membuat saham maskapai penerbangan Eropa kembali babak belur. Sebelumnya, industri ini sudah terperosok mengingat banyak wisatawan yang membatalkan atau menunda perjalanan mereka.
Saham maskapai penerbangan Eropa mengalami penurunan hingga dua digit ketika pasar dibuka Kamis (12/3). Beberapa di antaranya sudah terlebih dahulu turun hingga lebih dari setengah nilai sejak wabah virus corona pertama kalinya menghentikan penerbangan ke Cina.
Analis Bernstein Daniel Roska mengatakan, dampak larangan ini akan lebih besar dirasakan untuk maskapai besar Eropa dibandingkan pembatasan penerbangan China sebelumnya. Sebab, Atlantik Utara menyumbang sebagian besar dari keuntungan jangka panjang maskapai.
"Larangan tersebut secara efektif menghentikan perjalanan dari wilayah Schengen ke AS," kata Roeska seperti dilansir di Reuters.
Saham Air France-KLM tercatat turun 15 persen dengan Lutfhansa dan induk British Airways, IAG, hampir lebih rendah pada 08.33 GMT. Sementara itu, Norwegian Air yang berjuang untuk menghindari krisis uang tunai, bahkan sebelum krisis virus corona, turun 18 persen.
Luthfansa menyebutkan, pihaknya sedang mengkaji dampak dari pemberlakuan larangan terhadap operasionalnya di AS. Sedangkan, Air France KLM masih belum menanggapi permintaan berkomentar.
Kebijakan Trump juga menyebabkan saham maskapai penerbangan Asia meluncur. Kondisi ini terjadi di tengah upaya sektor pariwisata bertahan di tengah penurunan perjalanan global yang semakin membutuhkan perhatian dan bantuan dari pemerintah.
Trump menyebutkan, larangan perjalanan dari Eropa diperlukan karena AS sudah memasuki 'masa kritis' dalam perang melawan virus yang sudah menyebar ke seluruh AS. Sebelumnya, maskapai penerbangan AS sudah memangkas penerbangan ke Italia sebagai negara dengan wabah terbesar di Eropa. Maskapai kini harus kembali pasrah dengan potensi penurunan permintaan yang besar untuk penerbangan dari tujuan utama di Eropa seperti Prancis dan Jerman.
Presiden Airlines for America, Nicholas E Callio, mengatakan bahwa larangan itu akan menghantam maskapai penerbangan AS, karyawan dan pelancong dengan sangat keras.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pramugari-CWA (Assocation of Flight Attendats CWA/ AFA) Sarah Nelson menilai larangan Trump merupakan kebijakan tidak bertanggung jawab. "Tidak ada penjelasan bagaimana kebijakan ini membantu mengruangi penyebaran virus. Tidak masuk akal jika virusnya sudah ada di Amerika," katanya.
Asosasi Perjalanan AS (US Travel Association/USTA) menyebutkan, upaya ini akan menurunkan devisa dari wisatawan Eropa. Asosiasi mencatat, pada Maret 2019, pengunjung Eropa menyumbang 29 persen dari total wisata AS dengan total pengeluaran mereka mampu mencapai 3,4 miliar dolar AS.
Pimpinan USTA Roger Daw mengatakan, menutup kunjungan dari Eropa akan memperburuk dampak yang sudah berat dari corona terhadap sektor pariwisata. "Sebanyak 15,7 juta orang Amerika memiliki pekerjaan yang bergantung pada sektor ini," tuturnya.
Larangan Trump juga dinilai dapat menciptakan kekacauan di bandara-bandara Eropa. Sebab, para penumpang akan terburu-buru di menit terakhir untuk bepergian ke AS sebelum larangan tersebut berlaku pada Jumat (12/3) tengah malam.