REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Rusdy Nurdiansyah, Antara
Pasien kasus 1 dan 2 virus corona yang tengah dirawat di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta dilaporkan mengalami depresi meski kondisinya saat ini terus membaik. Juru Bicara Pemerintah Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto menyebut kedua pasien itu mengalami tekanan psikologis karena identitas mereka telah tersebar di masyarakat.
Menurut Yuri, identitas pasien yang disebarkan ke masyarakat itu menjadi pukulan berat secara psikologis bagi keduanya. Akibatnya, hasil pemeriksaan spesimen terakhir keduanya kemarin pun masih dinyatakan positif virus corona meskipun keduanya tak mengalami gejala dan keluhan apa pun.
"Mereka agak depresi akibat pernah mengalami hukuman sosial akibat identitas terungkap. Sekarang mereka agak tertekan dengan itu," ujar Yurianto di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (9/3).
Yurianto menjelaskan, hasil pemeriksaan kasus 1 dan 2 masih positif karena terpengaruh oleh kondisi imunitasnya akibat kondisi psikologisnya yang tertekan dan depresi. Karena itu, pasien kasus 1 dan 2 masih harus diisolasi dan dirawat di rumah sakit.
"Ini saya katakan dari awal psikologis berpengaruh terhadap imunitas seseorang," tambah dia.
Untuk memberikan pendampingan perawatan terhadap kedua pasien tersebut, pemerintah juga mengirimkan psikiater. Lebih lanjut, Yurianto mengatakan, pasien kasus 3 dan kasus 4 yang juga merupakan klaster Jakarta pun kemudian menekankan agar pemerintah merahasiakan identitas mereka.
"Ada keluhan dan permintaan kemudian kita harus berkali-kali menyatakan bahwa kami memberikan garansi bahwa tidak akan mengumumkan namanya. Karena mereka takut seperti yang terjadi 1 dan 2," jelas dia.
Menurut Yurianto, kondisi pasien kasus 3 dan 4 saat ini juga semakin membaik. Begitu pula kondisi pasien kasus 5 dan kasus 6 yang juga tak mengalami keluhan.
Hingga Ahad (8/3), Kementerian Kesehatan telah menyelesaikan pemeriksaan 620 spesimen pasien dalam pengawasan (PDP) yang dikirim dari 63 rumah sakit di 25 provinsi. Sebanyak 620 spesimen itu bukanlah jumlah spesimen yang ada, melainkan jumlah spesimen yang sudah diperiksa. PDP yang hasilnya negatif dan sudah dibolehkan pulang, langkah berikutnya adalah melakukan isolasi diri (self isolated).
Hingga Senin (9/3) pagi pukul 08.00 WIB terkonfirmasi di dunia ada 109.965 orang yang terinfeksi virus corona dengan 3.824 kematian sedangkan sudah ada 61.941 orang yang dinyatakan sembuh. Kasus di China mencapai 80.735 kasus, di Italia 7.375 kasus, di Korea Selatan 7.313 kasus, di Iran 6.566.
Tingkat kematian di Italia menjadi yang paling tinggi di luar China yaitu 366 kematian dibanding kasus yang positif, sementara di China sendiri ada 3.118 orang meninggal dunia karena virus tersebut. Sudah ada 90 negara termasuk Indonesia yang mengonfirmasi kasus positif Covid-19 di negaranya.
Kronologi dan protokol komunikasi
Pertama kali kasus 1 dan 2 diumumkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) tepat sepekan lalu pada Senin (2/3). Di Istana Merdeka saat itu, Jokowi mengumumkan temuan dua kasus pertama positif corona di Indonesia dengan menyebutkan, dua orang yang tertular corona adalah seorang ibu yang umurnya 64 tahun dan putrinya yang berumur 31 tahun.
"Seorang ibu yang umurnya 64 tahun dan putrinya yang berumur 31 tahun dicek oleh tim kita. Ternyata pada posisi yang sakit. Dicek, dan tadi pagi saya mendapatkan laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," ujar Jokowi di Istana Merdeka, Senin (2/3).
Tak lama setelah pernyataan resmi dari Presiden, Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto kepada wartawan menginformasikan bahwa dua pasien positif corona adalah warga Depok, Jawa Barat. "Di sini, di rumahnya di Depok," kata Terawan.
Terawan juga mengungkap keduanya terpapar virus corona setelah berinteraksi dengan warga negara Jepang dalam sebuah klub dansa. Setelah WN Jepang tersebut dinyatakan positif di Malaysia, Kementerian Kesehatan Malaysia pun langsung menghubungi Pemerintah Indonesia untuk menelusuri kontak terdekatnya selama di Indonesia.
Identitas berupa inisial dan alamat pasien kasus 1 dan 2 terungkap saat Wali Kota Depok Mohammad Idris memberikan keterangan kepada wartawan di kantornya setelah Presiden Jokowi di Istana mengumumkan temua kasus corona. Terungkap pula nama rumah sakit di depok yang sempat menjadi tempat pasien kasus 1 dan 2 dirawat sebelum akhirnya dirujuk ke RSPI Sulianti Saroso.
"Keduanya mengalami gejala demam, sesak napas, batuk, pilek, dan lemas. Keduanya sempat berobat di RS Mitra Keluarga Depok dan sudah dirujuk ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta Utara," ujar Idris dalam jumpa pers terkait dua warga Kota Depok terpapar virus corona yang digelar di Balai Kota Depok, Senin (2/3).
Pada Jumat (6/3), Pemerintah menerbitkan lima protokol utama dalam penanganan kasus penyebaran virus corona. Kantor Staf Kepresidenan (KSP) bersama dengan berbagai kementerian, terutama Kementerian Kesehatan, menyusun pedoman utama tersebut sehingga mudah diimplementasikan oleh siapapun.
“Hari ini, protokol tersebut kita publikasikan. Lima protokol yang diluncurkan ini sifatnya memperkuat protokol yang sudah ada. Harapannya, publik bisa memahami dan bisa melaksanakannya bersama-sama dengan pemerintah,” kata Kepala Staf Kepresiden Moeldoko.
Salah satu protokol adalah protokol komunikasi yang menjadi panduan bagi seluruh elemen pemerintah dalam memberi informasi seputar Covid-19 kepada publik. Dalam protokol itu disebutkan bahwa hanya Juru Bicara Covid-19 yang berhak menyampaikan informasi seputar Corona kepada publik atau media. Juru Bicara Covid-19 juga diberikan batasan-batasan termasuk larangan untuk tidak menyebarluaskan identitas dan data pasien corona kepada publik.
Pada hari yang sama dengan diterbitkannya protokol penanganan kasus corona oleh KSP, Juru Bicara Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengungkapkan dua kasus baru poisitif corona, yang kemudian disebut sebagai kasus 3 dan kasus 4. Keterangan pers terkait Covid-19 juga dipusatkan di Kantor Presiden, tidak lagi terpisah-pisah seperti sebelumnya.
"Jadi tambah dua lagi kasus 3 dan 4 yang merupakan rangkaian dari kontak tracing dari kasus 1 dan 2. Kontak dekat," kata Achmad Yurianto di Kantor Presiden, Jumat (5/3).
Patut disayangkan memang protokol utama dalam penanganan kasus penyebaran virus corona baru terbit beberapa hari setelah Presiden Jokowi mengumumkan dua kasus pertama positif corona di Indonesia. Andai saja protokol itu sudah disiapkan sebelumnya sebagai langkah antisipatif, mungkin dua pasien kasus 1 dan 2 tidak akan mengalami tekanan psikologis seperti sekarang.