REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat nilai ekspor udang vaname dari petani Babel selama 2019 mencapai Rp 1 triliun atau mengalami peningkatan 82 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
"Namun, pada awal tahun ini ekspor udang vaname mengalami penurunan yang cukup drastis, sebagai dampak virus corona," kata Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I PangkalpinangM Darwin di Pangkalpinang, Babel, Sabtu (7/3).
Ia mengatakan ekspor udang vaname yang dilakukan 11 perusahaan di Bangka Belitung selama 2019 mencapai 3.600 ton dengan nilai Rp 1 triliun, yang antara lainke Vietnam, Singapura, dan Australia.
"Saat ini minat masyarakat membudidayakan udang vaname ini cukup tinggi, karena permintaan pasar domestik dan mancanegara yang tinggi," ujarnya.
Menurut dia, meski nilai ekspor udang vaname itu tinggi, tetapi disayangkan pengusaha tidak bisa langsung mengekspor udang dari Bangka Belitung ke negara tujuan, karena fasilitas pelabuhan yang tidak memadai untuk sandar kapal skala besar.
"Kita cukup menyayangkan pengiriman udang vaname itu masih dengan cara ditampung oleh pengusaha-pengusaha di Jakarta, Lampung, atau Surabaya, sehingga ekspor udang ini tidak berdampak terhadap peningkatan pendapatan daerah," katanya.
Ia berharap ke depannya pelabuhan-pelabuhan di Pulau Bangka dan Belitung sudah lebih memadai untuk sandar kapal-kapal ukuran besar, sehingga pelaku usaha perikanan ini dapat melakukan ekspor langsung ke negara tujuan.
"Kita cukup menyayangkan hasil budi daya udang, ikan petani daerah ini tidak bisa diekspor langsung ke negara tujuan. Apabila pelaku usaha bisa mengekspor langsung tentu akan berdampak kemasyarakat dan perputaran uang di pemerintah daerah tentu menjadi lebih baik," katanya.