Jumat 06 Mar 2020 18:32 WIB

Empat Kategori Identifikasi Pasien Corona

Di Bantul, ada dua pasien dirawat di ruang isolasi RSUD Panembahan Senopati.

Ruang Isolasi Khusus. Ruang isolasi khusus Melati V di RSUP Sardjito, Yogyakarta, Senin (20/1).
Foto: Republika/ Wihdan
Ruang Isolasi Khusus. Ruang isolasi khusus Melati V di RSUP Sardjito, Yogyakarta, Senin (20/1).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Silvy Dian Setiawan

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut ada empat kategori dalam identifikasi corona Covid-19, penyakit karena infeksi virus yang bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut sampai kematian. Di Bantul, ada dua pasien

Baca Juga

"Ada empat kategori dalam Covid-19. Satu, kategori orang dalam pemantauan atau ODP, itu orang yang datang dari daerah endemik (negara terjangkit Covid-19), namun kemudian tidak ada gejala," jelas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Agus Budi Raharjo di Bantul, Jumat (6/3).

Dia menambahkan, kemudian kategori dua adalah orang dalam pengawasan yang itu sudah dirawat dan diperiksa di rumah sakit karena terdapat gejala-gejala seperti demam, batuk, sesak napas namun belum spesifik mengarah pada gejala virus yang kini menjadi wabah dunia tersebut.

"Kemudian kategori suspect (dugaan) pasien Covid-19, pasien ini masih menunggu hasil cek laboratorium, dan belum terkonfirmasi. Nah setelah itu baru dinyatakan positif apabila sudah terkonfirmasi hasil dari cek laboratorium," terangnya.

Dia pun menjelaskan, penanganan orang dan pasien dalam empat kategori tersebut berbeda dan disesuaikan dengan standar operasional prosedur yang dikeluarkan pemerintah. Dan saat ini di Bantul tidak ada pasien positif Covid-19, melainkan hanya orang dalam pengawasan.

"Biasanya (hasil laboratorium) terkirim 24 jam terus hasilnya, tetapi sampai dengan saat ini (pasien) yang sudah ada baik di RSUP Sardjito maupun di RSPS (Rumah Sakit Panembahan Senopati) Bantul semua konfirmasi negatif," lanjutnya.

Agus mengemukakan, berkaitan dengan kesiapan pencegahan dan penanganan kasus kesehatan khususnya Covid-19, Dinkes sudah mengadakan rapat koordinasi dengan jajaran pemerintah daerah setempat, termasuk siap melakukan penjemputan pasien dengan gejala-gejala mirip dengan terinfeksi Covid-19.

"Sudah koordinasi di provinsi, bahwa kita lakukan penjemputan kalau memang ada pasien dengan gejala-gejala tersebut dan habis dari daerah endemis atau negara yang terjangkit itu kita lakukan penjemputan. Kemarin sudah sepakat paling tidak kita akan jemput," tambahnya.

Dia menjelaskan, untuk penjemputan pasien sudah menyiapkan ambulans dari Unit Public Safety Center (PSC) 119 Bantul, RS PKU Muhammadiyah Bantul, RS Hardjo Lukito dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul, dan juga Palang Merah Indonesia (PMI) Bantul. "Untuk biaya pengobatan sesuai dengan regulasi yang ada kita terapkan, kalau sudah dirawat dan tidak ada jaminan BPJS, kita jamin sesuai dengan mekanisme yang ada di Bantul," katanya.

Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat dua pasien dirawat di ruang isolasi. Keduanya diketahui baru pulang dari menjalankan ibadah umroh di Arab Saudi, dengan keluhan demam dan batuk saat memeriksakan kondisi kesehatan mereka.

"Kami masih ada dua pasien di ruang isolasi, baru hari ini (Kamis, 5/3) masuk. Keduanya dari umrah," kata RSUD Panembahan Senopati Bantul I Wayan Marthana usai menghadiri Rakor Tanggap Darurat dengan Pemkab Bantul di Bantul, Kamis (5/3).

Kedua pasien yang salah satu merupakan wanita usia 60 tahun tersebut belum dipastikan suspect atau terduga terjangkit Covid-19. "Belum dipastikan (dugaan Covid-19), statusnya masih ODP (orang dalam pengawasan). Status ODP itu biasanya karena ada demam dengan suhu 38 derajat celcius, kemudian ada batuk dan nyeri tenggorokan," katanya.

Wayan belum tahu persis kronologi datangnya kedua pasien yang kini diisolasi tersebut. Tetapi, menurutnya salah satunya merupakan pasien rujukan dan seorang lagi datang memeriksakan sendiri ke rumah sakit milik pemerintah daerah tersebut.

"Saat ini kami juga bekerja sama dengan Dinkes (Dinas Kesehatan) untuk istilahnya melacak siapa saja yang sudah berinteraksi, itu (pelacakan) bagian dari wewenang Dinkes," katanya.

Kasus di Sardjito

Satu pasien yang dirawat di ruang isolasi RSUP Dr. Sardjito meninggal, Kamis (5/3) sekitar pukul 11.30 WIB. Pasien tersebut sebelumnya berada dalam pengawasan dan pemeriksaan virus Mers CoV dan Corona (Covid-19).

PLH Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito, Rukmono Siswishanto mengatakan, pasien umur 74 tahun tersebut negatif baik Mers Cov maupun Covid-19. Pengawasan dan isolasi dilakukan kepada pasien tersebut karena usai umroh dan sempat transit di Malaysia.

"Saat masuk, tim medis memberikan kriteria pengawasan terhadap pasien. Dasar penetapannya karena kondisi pasien yang mengalami demam, batuk dan sesak nafas ditambah pernah masuk negara yang terdapat Covid-19," kata Rukmono di RSUP Dr. Sardjito, Sleman, Jumat (6/03).

Hasil negatif Mers-CoV dan Covid-19 setelah ada hasil yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hasil ini diketahui setelah pasien meninggal dunia.

"Memang kita belum memperoleh hasil saat meninggal. Tapi hasil baru ada sore harinya, itu ada konfirmasi dari Balitbangkes keduanya negatif. Ini bukan Mers atau Covid," ujarnya.

Karena hasil dari Balitangkes keluar setelah pasien meninggal, penanganan jenazah dilakukan sesuai dengan penanganan pasien terinfeksi Covid-19. Sehingga, kondisi saat dikembalikan kepada keluarga dengan dibungkus plastik.

Pasien keluar dari Sardjito pada pukul 4.30 WIB, Jumat pagi tadi. "Karena penerbangannya jam 8.00 tadi pagi. Memang sudah posisinya masih standar bandara, tetap dibungkus plastik. Tapi keluarga sudah tahu kalau hasilnya itu negatif," kata Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr. Sardjito,  Banu Hermawan.

Saat ini, masih ada satu pasien yang diisolasi di RSUP Dr. Sardjito. Pasien tersebut merupakan WNA asal Jepang.

RSUP Dr. Sardjito menyiapkan puluhan ruang isolasi dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi penyebaran Covid-19. RSUP Dr. Sardjito memang menjadi salah satu dari empat rumah sakit rujukan penanganan Corona di DIY.

"Di Sardjito, (di Bangsal) Melati nomor 5 ada delapan tempat tidur. Itu ruang isolasi dengan tekanan negatif mekanikal. (Di Bangsal) Dahlia, ada 24 dengan hybrid," kata Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUP Sardjito, Windarwati di RSUP Dr. Sardjito, Jumat (6/03).

Ia mengatakan, dipilihnya Sardjito sebagai rumah sakit rujukan dengan alasan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten dalam penanganan corona. Selain Sardjito, RSUD Panembahan Senopati di Kabupaten Bantul, RSUD Wates di Kabupaten Kulon Progo dan RSUD Kota Yogyakarta juga menjadi rujukan penanganan corona.

"Jadi rumah sakit tersebut dipandang mampu oleh Kemenkes untuk merawat pasien dengan positif Corona," jelasnya.

Sementara itu, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Paru RSUP Dr. Sardjito, Ika Trisnawati mengatakan, untuk alat pelindung diri (APD) pihaknya tentu membutuhkan dukungan dari Kemenkes. Sebab, APD tersebut hanya dapat digunakan satu kali atau sekali pakai.

Ia menyebut saat ini APD yang ada di Sardjito sudah mencukupi. Namun, penambahan APD ini dibutuhkan jika ada kasus positif Corona di DIY.

"Kalau semakin banyak pasien pasti kita butuh baju yang seperti robot itu, masker yang n95, kacamata, itu jelas kita butuh di-support karena bahan habis pakai. Kalau yang lain yang sifatnya standar, standar artinya kita tensimeter dan stetoskop sudah ada," jelasnya.

Terkait penambahan ruang isolasi, menurutnya tergantung dengan kasus yang ada. Walaupun begitu, ia berharap kasus positif corona tidak ada di DIY.

photo
Infografis Dua Warga Depok Positif Corona - (istimewa)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement