Kamis 05 Mar 2020 03:18 WIB

Dubes Uni Eropa Nilai Perdamaian Aceh Berjalan Baik

Dubes Uni Eropa mendukung perdamaian di Aceh.

Dubes Uni Eropa mendukung perdamaian di Aceh. Muslim Kota Banda Aceh berkumpul di sekitar Masjid Baiturrahman Aceh menunggu saat berbuaka puasa tiba, Kamis (17/5).
Foto: Hotli Simanjuntak/Antara
Dubes Uni Eropa mendukung perdamaian di Aceh. Muslim Kota Banda Aceh berkumpul di sekitar Masjid Baiturrahman Aceh menunggu saat berbuaka puasa tiba, Kamis (17/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH— Duta Besar (Dubes) Uni Eropa, Vincent Piket, menyatakan akan terus mendukung perdamaian Aceh karena progresnya berjalan dengan baik.

"Uni Eropa mendukung perdamaian Aceh dan progresnya sangat bagus dan berjalan baik," kata Dubes Uni Eropa Vincent Piket di Banda Aceh, Rabu (4/3).

Baca Juga

Dubes mengatakan diri berkunjung ke Aceh dan sudah bertemu dengan sejumlah pihak baik unsur pemerintahan, parlemen, maupun para pemangku kebijakan lainnya, termasuk Wali Nanggroe.

Tujuan pertemuan tersebut, kata Vincent Piket, untuk mendapatkan informasi terkait Aceh, baik mengenai perdamaian maupun persoalan lainnya, seperti perekonomian maupun pendidikan.

"Dari hasil pertemuan di Aceh ini, akan kami papar kepada 12 duta besar negara-negara Unj Eropa. Kami akan menawarkan apa yang bisa mereka bantu untuk Aceh," kata Vincent Piket.

Vincent mengatakan Uni Eropa menilai Aceh merupakan provinsi spesial. Oleh karena itu, Uni Eropa memberikan perhatian spesial juga kepada provinsi ujung barat Indonesia tersebut.

Untuk Aceh, sebut Vincent Piket, Uni Eropa telah mengucurkan dana lebih dari 200 juta euro, baik untuk rekonstruksi pascatsunami maupun untuk proses perdamaian Aceh.

"Ke depan, kami akan terus berupaya meningkatkan kerja sama dengan Aceh. Termasuk menjajaki peluang investasi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Provinsi Aceh," kata Vincent.

Terkait peluang kerja sama ke depan, Dubes Uni Eropa tersebut mengatakan pihaknya akan lebih fokus pada sektor pertanian berkelanjutan, energi terbarukan, dan pariwisata.

"Pertanian kami inginkan, yakni yang tidak merusak hutan, serta pengelolaan sumber energi terbarukan seperti penggunaan panas bumi dan lainnya," kata Vincent Piket.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement