REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Akses warga terdampak longsor di Kabupaten Tasikmalaya mulai terbuka pada Senin (2/3). Sebanyak 170 kepala keluarga (KK) atau 610 jiwa warga Desa Santamekar, Kecamatan Cisayong, dan Desa Indrajaya, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, mulai dapat beraktivitas melalui jembatan darurat.
Salah seorang warga yang sempat terisolasi akibat longsor yang terjadi pada Jumat (28/2), Barnas (58 tahun) mengatakan, saat ini untuk menuju ke seberang warga harus melintasi jembatan darurat. Sebab, jembatan utama yang ada telah rusak akibat terututup longsor.
"Jadi warga di sini memaksakan diri lewat jembatan darurat. Kesulitan juga karena kalau hujan licin," kata dia kepada Republika, Senin (2/3).
Menurut dia, meski melalui jembatan darurat, aktivitas warga sudah mulai normal. Meski tak bisa dilalui kendaraan bermotor, warga mulai dapat melintas sejak Sabtu (29/2). Hanya saja, anak-anak sekolah masih belum dapat beraktivitas lantaran meliburkan diri.
Ia mengatakan, rencananya anak sekolah akan mulai kembali beraktivitas pada Selasa (3/3). "Nanti warga juga akan membantu anak-anak nyeberang jembatan darurat," kata dia.
Berdasarkan pantauan Repubika, jembatan yang tertimbun longsor pada Jumat sudah dibersihkan dari sisa material. Namun, jembatan itu belum bisa dilalui warga karena masih digunakan tim SAR gabungan untuk melakukan pencarian korban hilang yang diduga tertimbun longsor.
Alih-alih dibuka untuk jalan warga, jembatan justru dibongkar sekira 2 meter. Hal itu dilakukan agar air yang menyumbat karena material longsor di bawah bawah jembatan dapat mengalir.
Barnas berharap, jembatan yang telah rusak itu dapat segera dibangun kembali. Sebab, tak ada akses lain warga untuk melintas dengan kendaraan.
Salah seorang warga lainnya, Oteng (40) mengatakan, akibat longsor yang terjadi pada Jumat pagi, akses warga terisolasi. Warga mulai dapat melintas ke seberang melalui jembatan darurat pada Sabtu pagi. "Ini sangat membantu. Kita bisa beraktivitas lagi," kata dia.
Ia menjelaskan, sebetulnya ada akses jalan lain untuk melintas ke seberang. Namun, jalan itu terlalu jauh dan berbahaya untuk dilintasi.
Oteng berharap, lumpur yang ada di jembatan utama dapat cepat dibersihkan dibuka kembali untuk masyarakat. "Kalau belum selesai, ya pakai ini (jembatan darurat) dulu. Tapi ini tidak bisa pakai kendaraan. Hanya jalan saja," kata dia.
Pelaksana tugas Kepala Pelaksana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Nuraedidin mengatakan, hingga H+3 pascabencana, korban atas nama Didi (63) yang dilaporkan hilang belum bisa ditemukan.
Menurut dia, pencarian korban terkendala material longsoran yang cukup tebal mencapai 15 meter. Akibatnya, alat berat tidak bisa masuk ke titik korban diduga tertimbun. Karena itu, pencarian korban dilakukan secara manual. "SOP pencarian akan dilakukan tujuh hari. Kalau belim ditemukan, kita lapor Bupati untum ditambah, bisa 14 hari," kata dia.
Selian melakukan pencarian, petugas di lapangan juga berusaha menormalisasi sungai dengan membongkar sebagian badna jembatan, sehingga air sungai dapat mengalir kembali. Sebab, material sisa longsoran yang menutup jembatan membuat aliran sungai tersendat.
Untuk sementara, warga diarahkan untuk melintasi jembatan darurat. Namun rencananya petugas juga akan membuat penghubung darurat di jembatan utama agar kendaraan dapat melintas. "Nanti di bagian yang dibongkar kita kasih kayu sementara sampai jembatan diperbaiki," kata dia.
Sebelumnya, bencana tanah longsor yang terjadi di Desa Santanamekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, pada Jumat sekira pukul 05.30 WIB, menyebabkan jembatan penghubung antardesa terputus dan ratusan warga terisolir. Bedasarkan data BPBD Kabupaten Tasikmalaya, setidaknya terdapat 170 kepala keluarga (KK) yang terisolasi. Selain itu, satu orang hilang diduga tertimbun longsor.