Senin 02 Mar 2020 09:14 WIB

Anies Memilih Bergerak Lebih Dulu Mengantisipasi Corona

Anies keluarkan instruksi gubernur meski belum ditemukan kasus corona di Indonesia.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan
Foto: Republika TV/Muhamad Rifani Wibisono
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Amri Amrullah, Rizkyan Adiyudha

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerbitkan Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 16 Tahun 2020 menyikapi perkembangan makin mewabahnya virus corona (Covid-19). Menurut Anies, ingub ini sebagai bentuk kewaspadaan meski di Indonesia belum ditemukan satu pun kasus positif corona.

Baca Juga

"Kita sudah menyiapkan, sudah mengeluarkan Instruksi Gubernur Nomor 16 Tahun 2020 untuk menyikapi perkembangan coronavirus yang terjadi di luar Indonesia," kata Anies kepada wartawan seusai merayakan HUT ke-101 Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Disgulkarmat) Provinsi DKI Jakarta, Ahad (1/3).

Anies memandang perlunya ingub ini dikeluarkan karena perkembangan beberapa hari ini. Lebih dari 10 negara mengumumkan kasus pertama corona di negara mereka, mulai dari negara dekat Oseania, yakni Selandia Baru, hingga Afrika, yakni Nigeria. Walaupun, hingga saat ini belum ada kasus positif pertama kali coronavirus di Indonesia.

"Covid-19 ini sesuatu yang harus kita antisipasi secara serius," kata Anies.

Namun, ia mengakui ingub ini bukan satu-satunya langkah pencegahan. Saat ini Pemprov DKI sedang dalam proses pembentukan tim tanggap Covid-19.

Tim ini, ungkap Anies, diketuai oleh asisten Kesra Pemprov DKI Jakarta. Nantinya, tim ini akan menjadi pusat pengendali untuk pemantauan pencegahan dan penanggulangan Covid-19.

Anies menyebut, Jakarta memilih bergerak dulu dalam langkah antisipatif karena Jakarta merupakan pintu gerbang Indonesia. Untuk kedatangan dan interaksi dunia internasional, porsi terbesarnya ada di Jakarta.

Selain itu, kata dia, mereka yang datang ke Jakarta tidak hanya untuk berwisata, tetapi juga untuk urusan bisnis. Karena itu, Anies mengakui, Pemprov DKI perlu melakukan langkah ini, dengan harapan masyarakat juga merasa tenang bahwa pemerintah daerah bergerak responsif dalam rangka ini.

"Dan saya mengajak kepada masyarakat untuk tidak usah panik, tidak usah berlebih di dalam merespons. Tapi, kita semua harus bersiaga," ujarnya.

Anies berharap kepada seluruh masyarakat untuk berkegiatan seperti biasa, tenang, dan jangan menyebarkan berita yang belum terkonfirmasi kebenarannya. Kemudian, masyarakat diminta untuk sering mengecek berita sebelum menyebarkan.

Apabila dicurigai ada indikasi ke arah virus ini, Anies mengajak semua pihak merujuk kepada yang berwenang untuk mencari bantuan. Bila mencurigai ada kasus yang serupa dengan gejala Covid-19, masyarakat bisa menghubungi lewat 112. Seluruh sarana kesehatan di Pemprov DKI Jakarta, termasuk personalianya, akan siap merespons cepat.

"Dan jaga kebugaran dengan olahraga dan senam, makan cukup, istirahat cukup. Itu dari saya," katanya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti, mengungkapkan, hingga saat ini terdapat 115 orang dalam pemantauan dan 32 pasien dalam pengawasan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Orang dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan tersebut berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi (PE), tersebar di lima wilayah kota administrasi di DKI Jakarta dan luar DKI Jakarta.

"Kami terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan RI dan instansi terkait dalam melaksanakan pengawasan dan pemantauan," katanya.

Pihaknya berharap agar masyarakat tak perlu cemas dan tidak mudah percaya dengan beredarnya pemberitaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut terkait Covid-19 dapat menghubungi call center Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta di nomor 081388376955.

"Masyarakat perlu cross-check lagi untuk memastikan kebenaran setiap informasi yang diterima," kata Widyastuti menambahkan.

[video] Diaspora Indonesia di Korea Selatan Mewaspadai Virus Corona

Diduga tak terlaporkan

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia dan Persatuan RS Seluruh Indonesia, Hermawan Saputra, merespons terkait belum adanya kasus positif corona di Indonesia. Menurut dia, bisa saja keberadaan kasus tersebut tidak terlaporkan kepada pemerintah oleh masyarakat.

"Kami menyebutnya under reporting atau sesuatu yang tidak terlaporkan. Boleh jadi seperti itu, tapi ini masih praduga," kata Hermawan Saputra dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Sabtu (29/2).

Dia mencontohkan ketika ada seseorang yang terpapar virus corona dan meninggal, tetapi tidak dapat dilakukan autopsi oleh pihak terkait karena tidak mendapat izin keluarga. Dia mengatakan, hal tersebut membuat keberadaan kasus corona tidak terlaporkan kepada pemerintah.

Secara keseluruhan, dia mengungkapkan bahwa terdapat tiga teori pendekatan yang dilakukan oleh pegiat dan analis kesehatan untuk mencari tahu apakah Indonesia sudah terinfeksi virus mematikan itu. Selain teori tersebut, ada juga kemungkinan gagalnya deteksi di Indonesia.

Dia mengatakan, hal tersebut membuat keberadaan virus Covid-19 belum terlihat di Tanah Air. Dia melanjutkan, teori ketiga adalah dismatch atau ketidaksamaan standar antara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan program yang dikembangkan di Indonesia.

Hermawan mengungkapkan, orang yang terinfeksi Covid-19 tidak selalu meninggal dan menunjukkan gejala pada umumnya, bahkan tidak selalu jatuh sakit. Namun, dia menambahkan, orang itu menyimpan virus tersebut. Dia mengatakan, kondisi itu bisa terjadi karena tergantung imunitas dan lingkungan.

"Artinya, kasus itu sangat spesifik. Di Indonesia itu memang karena geospasia dan iklim kita yang berbeda, sebabnya semua kemungkinan bisa saja terjadi," katanya.

Hermawan mengatakan, di Asia Tenggara boleh jadi tinggal Indonesia saja yang belum terpapar virus tersebut. Berdasarkan catatannya, per Kamis (27/2) lalu 22 kasus corona sudah ditemukan di Malaysia, Australia 22 kasus, Singapura 92 kasus, Thailand 30-an lebih, Filipina sekitar empat kasus, Vietnam sudah lebih banyak, dan seterusnya.

WHO telah meningkatkan kesiagaan level risiko penularan dan risiko dampak dari virus Covid-19 untuk skala global menjadi sangat tinggi atau setara dengan China. Peningkatan status ini menyusul kasus baru virus corona di dunia per Jumat (28/2) yang mencapai 1.027 orang.

photo
Penyebaran Virus Corona

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement