REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Tim SAR gabungan masih terus melakukan pembersihan jembatan yang tertutup material longsor di Kampung Palasari, Desa Santanamekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, pada Sabtu (29/2).
Satu unit alat berat telah diturunkan dalam proses pembersihan sekaligus pencarian korban yang hilang akibat bencana tanah longsor. Namun, baik korban hilang ditemukan dan akses jembatan yang tertutup material belum rampung dibersihkan.
Namun, hingga proses pembersihan dihentikan pada Sabtu sore, jembatan masih belum bisa dilalui. Sisa-sisa material lumpur dan tanah masih berserakan di sekitar jembatan. Sementara sisa material longsoran berupa tanah, lumpur, dan kayu, masih tersangkut di bawah jembatan. Akibatnya, aliran air sungai tersendat.
Komandan Komando Militer (Dandim) 0612/Tasikmalaya, Letkol Inf Imam Wicaksana mengatakan, proses pencarian korban hilang diduga tertimbun longsor yang terjadi pada Jumat (28/2) pagi, belum membuahkan hasil. Namun, tim di lapangan berhasil membuka akses jalan ratusan warga yang terisolasi.
"Kita sudah menyempurnakan jembatan darurat agar lebih aman dilalui, dan perlahan membuka akses jalan (jembatan yang tertimbun longsor)," kata dia di lokasi, Sabtu.
Meski jembatan sudah tak tertutup lumpur, Imam masih melarang warga untuk melintasinya. Sebab, jembatan itu masih digunakan untuk petugas melakukan proses pencarian korban yang hilang.
Selain itu, ia menilai, jembatan itu masih berbahaya untuk dilewati warga. Material sisa longsoran yang berada di samping jembatan masih cukup tinggi, sekira 1 meter di atas jembatan. Sementara cuaca dalam sepekan ke depan diprediksi masih akan turun hujan. "Bisa menyebabkan longsor susulan," kata Imam.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Irwan mengatakan, setelah longsor utama pada Jumat pagi, tercatat terjadi beberapa kali longsor susulan pada siang harinya. Namun, longsor tak kembali terjadi pada Sabtu.
Karena itu, ia meminta warga untuk sementara melintas di jembatan darurat yang sudah disiapkan petugas. Sebab, jembatan utama belum nisa dilalui secara normal. "Pergerakan longsor masih berpotensi terjadi," kata dia.
Menurut Irwan, jembatan darurat yang dibangun petugas sudah dapat digunakan dengan aman sejak Sabtu pagi. Warga yang terisolir juga mulai kembali beraktivitas dengan normal.
Berdasarkan pantauan Republika di lokasi, jembatan darurat yang terbuat dari bambu itu berjarak sekira 200 meter dari posisi jembatan utama. Jembatan darurat memiliki panjang sekira 15 meter dan hanya bisa dilalui oleh beberapa orang pada saat yang bersamaan. Jembatan hanya bisa dilalui oleh manusia, tak bisa kendaraan roda dua.
Untuk mencapai lokasi jembatan darurat, warga mesti melintasi jalan tanah menurun. Kondisi di lapangan yang hampir selalu diguyur hujan membuat jalanan itu menjadi becek dan licin. Warga mesti ekstra hati-hati untuk melintasinya agar tidak terpeleset.
Warga merasa sangat terbantu dengan adanya jembatan darurat itu. Salah satu warga yang sempat terisolasi di Kampung Palasari, Desa Santanamekar, Kecamatan Cisayong, Heni (38 tahun) mengatakan, jembatan darurat baru bisa digunakan warga pada Sabtu pagi. Sementara pada Jumat setelah kejadian longsor, warga terisolasi dan tak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. "Ini (jembatan darurat) sangat bermanfaat, kalau tidak ada tidak bisa ke mana-mana, anak-anak tidak bisa sekolah. Karena tidak ada akses lagi ke seberang," kata dia.