REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyatakan informasi kemunculan harimau sumatra di konsesi perusahaan PT Surya Bratasena Plantation adalah palsu atau hoaks. Foto yang beredar adalah hasil editan.
"Setelah dilakukan investigasi yang lebih mendalam, tim menemukan fakta bahwa berita/ laporan terkait kemunculan satwa HS di Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan adalah tidak benar, hoaks," kata Kepala BBKSDA Riau Suharyono di Pekanbaru, Jumat.
Ia menjelaskan tim BBKSDA Riau langsung turun ke lokasi pada tanggal 25 Februari 2020 untuk melakukan mitigasi konflik. Tim tidak menemukan jejak yang mengindikasikan keberadaan satwa harimau Sumatra (panthera tigris sumatrae) di sekitar areal perusahaan tersebut.
Kemudian tim melakukan verifikasi berupa cek lokasi terhadap pengakuan warga bernama Syawal yang mengaku berjumpa dengan harimau pada 26 Februari 2020 di lokasi High Conservation Value SBP. Syawal menunjukkan foto penampakan harimau di lokasi tersebut.
Setelah dilakukan pengecekan ditemukan jejak yang ditunjukkan Syawal, namun menurut analisa tim mitigasi jejak tersebut palsu karena tidak lazim.
"Jari depan berjumlah lima dan telapak kaki lebar dengan ukuran panjang 19 centimeter dan lebar 18 centimeter. Sedangkan foto penampakan harimau yang ditunjukkan yang bersangkutan diketahui merupakan editan dari video penampakan harimau di Taman Nasional Zamrud," katanya.
Kemudian setelah Syawal diinterogasi di kantor Polsek Pangkalan Kuras akhirnya yang bersangkutan mengakui bahwa informasi yang disampaikan adalah berita bohong.
Suharyono mengatakan penyisiran jejak satwa di sekitar areal konservasi perusahaan tidak ditemukan jejak satwa liar di sekitar lokasi dan kondisi kawasan itu cukup rapat dengan vegetasi.
Kemudian hasil cek lokasi terhadap laporan temuan jejak oleh karyawan perusahaan yang diduga jejak harimau, juga menunjukkan itu bukan satwa harimau. Di lokasi tersebut tim menemukan jejak berukuran panjang lima cm dan lebar empat centimeter.
"Menurut analisa tim, jejak tersebut diduga kuat bukan jejak harimau sumatera namun jejak satwa mamalia kecil sejenis kucing hutan ataupun macan akar," kata Suharyono.
Menyikapi hal tersebut, Suharono mengimbau kepada masyarakat agar tidak membuat dan menyebarkan berita bohong yang dapat meresahkan masyarakat terutama terkait dengan kemunculan satwa liar.
"Selain itu masyarakat jangan mudah terpancing oleh pemberitaan yang belum valid kebenarannya," katanya