REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan sebanyak 68 anak buah kapal (ABK) berwarga negara Indonesia di kapal pesiar Diamond Princess yang berlabuh di Yokohama, Jepang akan segera dievakuasi. Retno menyatakan hanya WNI yang bersedia yang akan dievakuasi pemerintah Indonesia.
"Sekali lagi evakuasi ini sifatnya suka rela. Kalau ada warga negara kita yang menyatakan atau memutuskan untuk tinggal, maka kita tidak bisa memaksa beliau-beliau untuk dievakuasi," ujar Retno usai mengikuti rapat antar menteri di Jakarta, Kamis (27/2).
Retno menjelaskan terdapat 78 ABK WNI di Diamond Princess. Sembilan dari mereka sempat didiagnosis positif, namun kemudian satu ABK telah dinyatakan sehat dan terbebas dari virus Corona.
Dari total 78 WNI dikurangi delapan orang, kini tersisa 70 ABK yang diizinkan evakuasi ke Indonesia. Namun berdasarkan informasi dari perusahaan, dua di antara ABK WNI memilih untuk tetap tinggal dan tidak bersedia dievakuasi.
"Saya tekankan bahwa jumlah 68 orang yang akan dievakuasi masih mungkin akan berubah sampai saatnya nanti proses evakuasi dilakukan. Sebab banyak hal yang akan dipertimbangkan seiring perkembangan, terutama terkait kondisi kesehatan ABK," kata Retno.
Persiapan evakuasi WNI yang dirancang pemerintah Indonesia masih terus berkoordinasi dengan pemerintah Jepang. Rencananya, mereka akan tiba di Pulau Sebaru Kecil pada Jumat (28/2). Mereka akan menjalani observasi lanjutan meski sudah melalui masa karantina 14 hari di atas kapal.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan proses evakuasi akan dilakukan menggunakan pesawat. Muhadjir menegaskan yang dalam pelaksanaannya pemerintah akan memberlakukan protokol kesehatan secara ketat.
"Ini akan kita perlakukan secara ketat. Namun sesuai dengan standar, meskipun mereka-mereka ini sudah mengikuti pemeriksaan dari yang memiliki wewenang yaitu Jepang, tapi nanti mereka juga akan tetap diperiksa kembali setelah mereka berada di Indonesia," ujar Muhadjir.