REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG — Bencana banjir melanda beberapa wilayah seiring meningkatnya curah hujan, termasuk di Kabupaten Karawang. Hingga Rabu (26/2) kemarin, 26 kecamatan terdampak banjir hingga Pemkab Karawang menetapkan status tanggap darurat bencana. Warga Karawang yang menjadi korban banjir menyebutkan banjir kali ini merupakan bencana terparah dalam beberapa tahun terakhir.
Di wilayah yang langganan banjir pun, ketinggian air berkali-kali lipat dari biasanya. Salah seorang warga di Perumahan Purwasari Regency, Kecamatan Purwasari, Andri Risbiyanto (35 tahun) mengatakan, perumahannya memang kerap menjadi langganan banjir. Namun banjir kali ini menjadi yang paling parah sejak dirinya tinggal selama lima tahun.
“Biasanya nggak dalam seperti kemarin, paling selutut. Kalau kemarin kira-kira 1,5 meter lebih lah di rumah,” ujar Andri kepada Republika, Kamis (27/2).
Andri menuturkan, banjir di lingkungannya terjadi karena luapan air Sungai Cikaranggelam dan Situ Kamojang. Hujan yang terus menerus turun dalam beberapa hari menyebakan genangan air terus meninggi.
Menurutnya, banjir terjadi sejak Senin (24/2) kemarin. Warga perumahannya yang terdampak banjir sebanyak 425 KK dengan jumlah jiwa sebanyak 920 orang.
Warga sebelumnya mengungsi ke pondok pesantren yang dekat dengan perumahan. Ia berharap, pemerintah daerah sudah saatnya memberi perhatian serius untuk menangani masalah banjir ini.
Dia tidak ingin kejadian banjir terus terulang terutama pada musim hujan. “Tolong lah, saluran air diperlebar, saluran air yang di bawah sungai irigasi juga diperlebar. Sama dibikin tanggul,” ujarnya.
Salah seorang warga Dusun Kampek Desa Karangligar, Wasem (37) juga mengatakan, banjir kali ini baru pertama kali dialaminya lagi setelah tujuh tahun lalu. Luapan air sangat besar hingga merendam rumahnya setinggi satu meter yang berada tepat di pinggir saluran irigasi sekunder.
“Biasanya nggak pernah sampai sini banjirnya. Ini baru kerendam lagi kayak gini,” kata Wasem.
Menurutnya dibanding kemarin, banjir mulai surut namun belum signifikan. Melihat cuaca yang masih mendung, ia dan warga lainnya khawatir air akan kembali datang dan meninggi.