REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak wabah virus corona terhadap ekonomi di Indonesia, khususnya dari sektor pariwisata telah dirasakan secara langsung di Indonesia. Salah satu rencana telah disiapkan untuk mengatasi ‘krisis’ yang terjadi, yakni dengan menganggarkan dana tambahan untuk sektor pariwisata di tahun ini sebesar Rp 298 miliar.
Sebelumnya, pemerintah dilaporkan akan memberikan dana hingga Rp 72 miliar yang diambil dari Anggaran Pendapat dan Belanja Negara (APBN) 2020 kepada influencer media sosial untuk mempromosikan pariwisata. Kemudian, alokasi dana Rp 98,5 miliar untuk maskapai dan biro perjalanan juga telah disiapkan, serta beberapa rencana lainnya untuk meredam dampak virus corona dengan anggaran hingga Rp 103 miliar untuk promosi dan kegiatan pariwisata sebesar Rp 25 miliar.
Menurut Fahrurozy Darmawan, pengamat pariwisata dari Universitas Pancasila, langkah untuk menggandeng influencer media sosial yang bertujuan mempromosikan pariwisata di Indonesia di tengah kondisi saat ini menjadi cara tepat dilakukan. Namun, ia menggarisbawahi bahwa ada satu yang menjadi catatan, yakni tujuan dari target promosi tersebut jangan sampai justru membawa dampak negatif.
“Misalnya justru yang bisa membawa virus corona ke Indonesia. Karena dengan adanya satu kasus saja dan pemberitaan bisa berdampak besar, jangan sampai sudah terjadi penurunan justru jadi semakin memburuk kondisinya,” ujar Fahrurozy kepada Republika.co.id, Rabu (26/2).
Fahrurozy mengatakan bahwa apa yang paling ditakutkan dalam kondisi krisis pariwisata seperti saat ini adalah anggaran yang disiapkan untuk menanggulangi masalah justru tidak tepat sasaran. Ia mengungkapkan dalam kajian teori krisis, salah satu langkah yang harus dilakukan adalah menjaga target pasar terkena paparan dari wabah virus atau epidemi itu kecil. Sebagai contoh yang utama adalah wisatawan domestik yang dinilai harus dimanfaatkan.
“Jika wisatawan domestik tidak diagendakan sebagai yang utama untuk jadi target, ini akan menjadi percuma,” kata Fahrurozy.
Fahrurozy mengatakan menargetkan wisatawan domestik pada tahun ini sangatlah tepat dilakukan pemerintah. Salah satunya adalah dengan kemungkinan orang-orang di Indonesia yang memilih untuk membatalkan perjalanan ke luar negeri karena kekhawatiran wabah Covid-19. Dengan demikian, mereka bisa mengganti destinasi wisata di dalam negeri.
“Jadi bisa dimanfaatkan mereka yang sudah menyiapkan dana untuk berlibur ke luar negeri, tapi cancel untuk justru ‘dibuang’ di sini, dengan lebih mengejar promosi bagi wisatawan domestik di masa krisis seperti saat ini,” jelas Fahrurozy.
Lebih lanjut, Fahrurozy mengatakan Indonesia bisa mencontoh Thailand yang selama ini memiliki kelemahan dalam memenuhi target wisatawan domestik. Pemerintah di Negeri Gajah Putih itu diketahui memberikan subsidi kepada warga, seperti dengan menunjukkan kartu identitas, maka diskon tiket pesawat dan hotel dapat diberikan.
Selain memperbanyak promosi bagi wisawatan domestik, pemerintah juga bisa memanfaatkan Olimpiade 2020 yang diselenggarakan di Jepang untuk memasarkan Indonesia. Fahrurozy mencontohkan pada 2016, Kementerian Pariwisata turut berpartisipasi di ajang Piala Eropa (Euro), dengan adanya logo Wonderful Indonesia lengkap dengan gambar atraksi alam dan budaya Nusantara di 20 bus city tour di Ibu Kota Paris, Prancis.
“Cukup efektif cara seperti ini, apalagi olimpiade di Jepang, yang jaraknya lebih dekat dari Indonesia. Salah satu dampak adanya pagelaran ini adalah meningkatkan pariwisata, mulai dari para penonton dan atlet yang memiliki waktu ingin bepergian dan melihat Indonesia yang relatif aman dari wabah corona. Kemenpar bisa strategi bisa di sini,” ujar Fahrurozy.
Fahrurozy mengatakan dampak wabah virus corona secara global bisa berlangsung hingga satu tahun. Kondisi kemungkinan besar normal kembali pada 2021 dan selama itu, ia menilai pemerintah dapat melakukan pembenahan secara tepat di sektor pariwisata, serta mempersiapkan dampak setelah situasi pulih di tahun mendatang.