Selasa 25 Feb 2020 02:55 WIB

Ini Tujuan Pengembangan Situs-Situs di Kawasan Borobudur

Balai Konservasi Borobudur telah melaksanakan ekskavasi penyelamatan di lima situs.

Petugas BKB (Balai Konservasi Borobudur) mengidentifikasi batu Yoni di situs Plandi, Pasuruhan, Mertoyudan, Magelang, Jateng, Senin (24/2/2020).
Foto: Antara/Anis Efizudin
Petugas BKB (Balai Konservasi Borobudur) mengidentifikasi batu Yoni di situs Plandi, Pasuruhan, Mertoyudan, Magelang, Jateng, Senin (24/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Rencana pengembangan situs-situs di kawasan Borobudur sebagai upaya pemecah atau penyebaran pengunjung Candi Borobudur. Hal itu dikatan Kepala Seksi Konservasi Balai Konservasi Borobudur (BKB) Yudi Suhartono.

Yudi di Magelang, Senin (24/2), mengatakan pelindungan situs-situs di kawasan cagar budaya Borobudur selain Candi Borobudur, Mendut dan Pawon, BKB juga memfokuskan untuk penyelamatan dan pengamanan situs Dipan, Brongsongan, Samberan, Bowongan dan Plandi.

Ia menyampaikan hal tersebut saat pemantauan situs-situs di kawasan Borobudur yang telah diekskavasi. Pada akhir tahun 2019, BKB telah melaksanakan ekskavasi penyelamatan di kelima situs tersebut yang bertujuan untuk mendata bentuk dan material dari masing-masing situs.

Ia menyampaikan pemagaran telah dilaksanakan di situs Dipan, Brongsongan, Samberan, dan Dipan sebagai langkah awal pengamanan dan penataan situs-situs tersebut.

Pemantauan situs-situs di sekitar Candi Borobudur merupakan bagian dari monitoring kawasan Cagar Budaya Borobudur yang bertujuan untuk mengamati dan memantau aktivitas berkaitan dengan kondisi keterawatan situs, perubahan lahan dan bentang pandang, serta perubahan fasad bangunan tradisional.

Ia menuturkan monitoring ini berupa catatan dan rekomendasi yang akan diberikan kepada pihak yang berwenang terutama kepada pihak yang terkait dengan penataan kawasan di lingkungan Kawasan Cagar Budaya Borobudur, karena pengelolaan dan wewenang di wilayah zona 3 Candi Borobudur dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Magelang.

"Monitoring dan evaluasi kawasan ini dilakukan juga sebagai salah satu tanggung jawab Balai Konservasi Borobudur sebagai site manager Borobudur compounds sebagai Warisan Dunia, yang harus memberikan laporan secara periodik kepada Unesco, terkait dengan upaya atau langkah yang dilakukan untuk merawat dan menjaga Candi Borobudur dari ancaman terhadap kelestariannya," katanya.

Seiring berjalannya waktu, katanya kunjungan wisata di Candi Borobudur meningkat pada setiap tahunnya, hingga hampir menembus angka 4.000.000 pengunjung/tahun. Pada saat peak season bahkan mencapai 58.000 orang/hari, dan kisaran 4.000-7.000 orang/jam menaiki struktur Candi Borobudur.

Pada tahun 2015, pemerintah melalui amanat Presiden untuk mendongkrak sektor pariwisata sebagai pendapatan devisa negara, mengembangkan destinasi 10 Bali Baru antara lain kawasan Borobudur (Joglosemar) dengan target kunjungan wisatawan asing sejumlah 2.000.000 orang dan pada dua tahun terakhir lebih digenjot lagi dengan program superprioritas.

"Guna mendukung program pemerintah tersebut tentunya diperlukan upaya strategi pengembangan yang ideal dan tepat yang didukung dari berbagai sektor.

Pemerintah kemudian menyusun Integrated Managemen Tourism Plan (ITMP) yang di dalamnya antara lain membahas visitor management di kawasan Candi Borobudur," katanya.

Kunjungan wisatawan yang cukup besar tentunya selain membawa dampak positif, namun juga membawa dampak negatif terutama bagi kelestarian bangunan Candi Borobudur itu sendiri.

Ia menyampaikan kerentanan terhadap dampak negatif tingkat kunjungan tersebut dapat diminimalkan dengan manajemen pengunjung yang efektif untuk mengatur dan memecah pengunjung agar tidak hanya terkonsentrasi di area Candi Borobudur saja, namun dapat disebarkan ke kawasan Borobudur.

Yudi menuturkan senyampang pula sebagai upaya pemberdayaan masyarakat agar lebih meningkat kesejahteraannya dan lestarinya Candi Borobudur agar dapat diwariskan kepada generasi di masa depan.

Balai Konservasi Borobudur melaksanakan pemantauan terhadap kondisi situs Plandi, Samberan, Bowongan, Brongsongan, dan Dipan yang telah selesai diekskavasi dengan mengajak beberapa stakeholder terkait.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement