Senin 24 Feb 2020 20:45 WIB

Pengusaha Kesulitan Bahan Perlengkapan Dekorasi Impor

Properti dekorasi masih ketergantungan terhadap impor China.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Contoh konsep dan dekorasi pernikahan yang digelar di hotel Sahati, Jakarta Selatan.
Foto: dok. Sahati
Contoh konsep dan dekorasi pernikahan yang digelar di hotel Sahati, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wabah corona virus atau covid-19 di China, membuat impor bahan dan perlengkapan dekorasi acara serta pernikahan di Indonesia, terhenti. Padahal, sekitar 60 persen perlengkapan dan bahan dekorasi kegiatan diimpor dari negara tirai bambu tersebut.

Menurut  Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Jasa Dekorasi Indonesia (Aspedi), Nanang Khusnaini,  perputaran uang di usaha jasa event pernikahan di Indonesia mencapai Rp 18 triliun per tahun. Dekorasi mengambil bagian antara 30 sampai 50 persen dari angka tersebut.

photo
Pengurus Asosiasi Pengusaha Jasa Dekorasi Indonesia (Aspedi) dalan konferensi pers di Bandung, Senin (24/2), mempersiapkan Rapat Kerja Nasional VI Aspedi El Royale Hotel Kota Bandung pada 25 sampai 27 Februari 2020. (Foto : Istimewa)

"Saat ini memang sekitar 60 persen kebutuhan properti dekorasi kita masih ketergantungan terhadap impor China. Memang dari segi variatifnya, produk China ini banyak banget yang belum terpikirkan pengrajin lokal dan harganya pun luar biasa terjangkau," ujar Nanang kepada wartawan di Bandung, Senin (24/2).

Nanang mengakui, sejak awal tahun ini, para pengusaha dekorasi kesulitan mendapat bahan-bahan dekorasi tersebut. Khususnya untuk kegiatan pernikahan, acara resmi, sampai gathering.

"Sampai sekarang masih sangat terganggu. Selain properti itu, pemakaian bunga segar kita masih banyak yang impor dari China. Banyak varietas bunga yang belum bisa ditanam di sini. Akhirnya banyak barang yang tidak bisa datang," paparnya.

Sementara menurut Ketua DPW Aspedi, Buwana Oejeng Soewargana, selain bunga segar, dekorator pun banyak yang mendatangkan lampu, styrofoam, panel, oasis bunga, dan properti lainnya dari China. Namun, sisi positifnya setelah impor terhambat, para pengusaha dekorasi mulai melirik produk lokal walau lebih mahal.

"Supaya bisnis tetap berjalan, dekorator mulai lirik produk lokal. Ini kesempatan para petani bunga lokal di Berastagi, Lembang, Cipanas, dan Malang, mulai menanam bunga lain selain tanaman lokal," kata Buwana.

Buwana mengatakan, di Jawa Barat sendiri, para pendekor mulai melirik keramik Plered di Purwakarta, terarium dari Cianjur, dan kerajinan rotan dari Cirebon. Padahal sebelumnya, mereka menggunakan bahan plastik dari Cina.

"Memang barang impor bagaimanapun lebih murah. Tapi saat kondisi ini, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kontrak sudah diteken dan kerjaan harus segera dilaksanakan," katanya.

Menurutnya, penggunaan barang dalam negeri untuk memberdayakan pengusaha lokal dalam menyediakan perlengkapan dekorasi inilah, yang akan menjadi salah satu tema hangat yang dibahas dalam Rapat Kerja Nasional VI Aspedi El Royale Hotel Kota Bandung pada 25 sampai 27 Februari 2020. Kegiatan ini akan dihadiri 450 pengusaha dekorasi atau dekorator se-Indonesia. 

"Di sini ada talkshow dan seminar untuk membahas penggunaan materi lokal untuk dekorasi, pelatihan, public speaking, dan sharing pengalaman dekorator kelas dunia dan nasional," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement