REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Pemadaman aliran listrik secara mendadak tanpa terjadwal mulai terjadi lagi di wilayah Lampung. Warga Kota Bandar Lampung mengeluhkan listrik byar pet (mati-hidup) dapat merusak alat elektronik rumah tangga.
Dari pemantauan Republika, Ahad (23/2), pemadaman aliran listrik terjadi di wilayah Rajabasa, Kemiling, Tanjungkarang Barat, Telukbetung Selatan, Tanjungkarang Pusat, dan Kedaton. Pemadaman tidak saja malam hari, tapi siang hari kerap terjadi secara mendadak.
Warga mengeluhkan pemadaman listrik secara mendadak tersebut sudah terjadi sepekan terakhir. Belum ada penjelasan resmi dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Distribusi Lampung terkait pemadaman tersebut. Namun, pemadaman kali ini tidak terjadwal karena listrik terkadang menyala tiba-tiba mati, dan menyala lagi.
“Sekarang tidak tentu, tiba-tiba mati lampu, sebentar hidup lagi. Tapi, kadang lama matinya sampai berjam-jam baru hidup. Saya tidak tahu ada apa ini?” kata Ujang, warga Beringin Raya, Kemiling, Bandar Lampung, Ahad (23/2).
Sebenarnya, ujar Ujang, listrik padam sudah lama tidak terjadi lagi. Belakangan ini listrik sering padam dan tidak kenal waktu bisa siang, malam, pagi atau petang. “Kalau dulu pada saat jam beban puncak waktu sore atau pagi hari,” kata bapak tiga anak tersebut.
Herman, warga Telukbetung Selatan, mengeluhkan listrik di wilayahnya pada sehari bisa empat kali dengan waktu padam tidak menentu. Menurut dia, pemadaman listrik seperti ini dapat merusak alat elektronik rumah tangga, karena tegangan listrik tidak normal.
“Kalau mati lampu seperti ini tidak tentu waktunya, bisa-bisa alat elektronik cepat rusak. Kalau sekarang belum keliatan, tapi nanti baru tahu ada yang rusak,” kata Herman, wiraswasta di Kota Bandar Lampung.
Kepala Bappeda Lampung Fredy mengatakan, wilayah Lampung masih terjadi defisit daya listrik mencapai 400 megawatt (MW). Defisit daya tersebut mengganggu distribusi daya listrik untuk kebutuhan Lampung. Selama ini, kekurangan daya mendapat pasokan daya listrik dari jaringan interkoneksi Sumatra Selatan.
Dia menyebutkan, pada waktu beban puncak, kebutuhan listrik di Lampung mencapai 930 MW, sedangkan cadangan daya hanya 327 MW. Kemampuan sejumlah pembangkit listrik di Lampung hanya 868 MW. “Jada ada defisit daya kisaran 350 MW sampai 400 MW,” kata Fredy.
Menurut dia, sebagai solusinya perlu dibangun pembangkit baru agar ketersediaan daya listrik di wilayah Lampung terpenuhi. Pemprov Lampung masih dalam proses penjajakan penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan Kementrian ESDM dan PT Bukit Asam, agar masuk dari rencana umum pembangunan tenaga listrik nasional.
Selain PLTU, Pemprov Lampung juga telah menyiapkan PLTSampah. Mengenai PLTSampah ini, Fredy mengatakan, pemprov telah melakukan nota kesepahaman dengan investor. Tahap awal, pemprov berharap pemerintah pusat untuk melakukan percepatan pembangunan PLTSampah dalam regulasi Perpres Nomor 38 Tahun 2018 tentang percepatan pembangunan PLTSampah. Hal tersebut, dinilai dapat menguntungkan dari berbagai sektor.