Kamis 20 Feb 2020 14:42 WIB

Cegah Stunting, Wapres Larang Pernikahan Dini

Pasangan calon suami-istri harus benar-benar siap dalam segala hal.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Friska Yolanda
Wakil Presiden Maruf Amin melakukan olahraga pagi di sekitar kawasan ekonomi khusus (KEK) wisata Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Kamis (20/2).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Wakil Presiden Maruf Amin melakukan olahraga pagi di sekitar kawasan ekonomi khusus (KEK) wisata Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Kamis (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- Wakil Presiden Ma’ruf Amin melarang adanya pernikahan dini karena merupakan salah satu penyebab terjadinya kekerdilan pada anak atau stunting. Menurutnya, pernikahan harus siap dalam segala hal.

“Pernikahan itu harus siap segala-galanya, termasuk siap menjaga anak supaya tidak stunting. Pernikahan dini juga kalau dari segi undang-undang tidak boleh,” kata Wapres di Lombok Tengah, Kamis (20/2).

Wapres mengatakan dari segi undang-undang dan agama, pernikahan harus dilakukan apabila masing-masing calon pengantin siap secara fisik dan finansial untuk berumah tangga. Batas usia pernikahan, menurut Rancangan Undang-undang (RUU) tentang Perkawinan adalah 19 tahun baik bagi laki-laki maupun perempuan.

Khusus bagi perempuan, terkait upaya penanggulangan stunting, calon ibu harus memiliki pengetahuan penting dalam upaya pemenuhan gizi selama kehamilan dan pemeliharaan anak. Bahkan, saat ini juga sudah digalakkan kesiapan gizi sebelum hamil.

"Makanya ada izin sebelum nikah, pranikah itu harus tahu bagaimana caranya menjaga kehamilan, menjaga anak sampai seterusnya supaya anak sehat," jelasnya.

Oleh karena itu, Wapres berharap Pemerintah Provinsi NTB bersama para da’i kesehatan gencar menyampaikan sosialisasi pentingnya persiapan pranikah. Pemerintah juga memberikan pemahaman terkait dampak dari pernikahan dini.

“Kemudian juga harus dijelaskan dari sisi bahaya bahwa kawin dini menimbulkan bahaya, karena tidak bisa mengurus. Dari segi agama kan sudah dibilang, kalau menikah itu harus sudah mampu, mampu itu siap fisik, siap untuk jadi ibu,” katanya.

Terkait masih tingginya angka stunting di Provinsi NTB, Wapres Ma’ruf secara khusus meminta Gubernur Zulkieflimansyah untuk lebih gencar lagi dalam menyelenggarakan program-program pemberdayaan remaja putri dan ibu hamil, seperti penyuluhan pranikah dan posyandu. 

Angka kekerdilan pada anak-anak di Provinsi NTB mencapai di 33 persen, masih di atas angka rata-rata nasional sebesar 27,67 persen. Terhadap target pemerintah untuk menurunkan angka stunting hingga mencapai 14 persen di akhir 2024, Wapres Ma’ruf meminta Pemprov melakukan langkah antisipasi dan intervensi.

“Yang saya dengar paparannya itu mereka mau melakukan antisipasi dan intervensi untuk mencegah berkembangnya stunting. Oleh karena itu, saya optimistis bahwa di NTB stunting harus tercapai sampai 14 persen di 2024,” ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement