Kamis 20 Feb 2020 01:07 WIB

Wabah Corona tak Pengaruhi Perburuan Kelelawar di Ngawi

Wabah Corona tak memengaruhi aktivitas perburuan kelelawar pemakan buah atau codot

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Wabah Corona tak memengaruhi aktivitas perburuan kelelawar pemakan buah atau codot di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Ilustrasi.
Foto: EPA
Wabah Corona tak memengaruhi aktivitas perburuan kelelawar pemakan buah atau codot di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI - Wabah Corona tak memengaruhi aktivitas perburuan kelelawar pemakan buah atau codot di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Wabah global virus COVID-19 tersebut diduga salah satunya ditularkan dari kelelawar.

"Sama sekali tidak khawatir soal virus COVID-19 yang mungkin ditularkan dari kelelawar. Kami tetap mencarinya karena untuk memenuhi pesanan," kata seorang pencari codot bernama Sudarno di Ngawi, Rabu (19/2).

Baca Juga

Menurut dia, codot hasil buruannya tersebut digunakan untuk memenuhi pesanan warga sebagai obat penyakit asma. "Pesanannya ada dua macam. Codot yang masih hidup ataupun yang sudah dimasak. Kalau untuk obat asma, cara memasaknya hanya direbus setelah dibersihkan," katanya.

Sudarno menjelaskan kegiatannya mencari codot saat malam hari sudah ia geluti sejak 10 tahun terakhir. Cara yang digunakan cukup sederhana yakni dengan menggunakan dua galah bambu yang diberi jaring dan ditempatkan di sekitar pohon.

Dalam semalam, dengan dibantu beberapa rekannya Sudarno bisa mendapatkan 50 hingga 100 ekor codot. Sudarno mengaku tidak khawatir dengan maraknya wabah virus COVID-19 di berbagai negara yang diduga berasal dari kelelawar. Ia menilai codot yang ia tangkap tersebut merupakan jenis kelelawar pemakan buah sehingga aman dikonsumsi.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi Endah Pratiwi menyatakan pihaknya tidak melarang adanya aktivitas masyarakat yang berburu kelelawar untuk dikonsumsi. Namun ia meminta agar sebelum dikonsumsi harus dimasak hingga matang sempurna.

"Tidak masalah bagi warga yang suka makan daging kelelawar, entah untuk obat asma atau makanan sumber protein hewani. Tapi yang pasti bahan itu harus dimasak betul hingga benar-benar matang," kata Endah.

Ia menegaskan tidak hanya daging kelelawar, apapun sumber bahan masakannya pastikan untuk dimasak dengan sempurna. Tujuannya agar tidak tertular bakteri yang masih hidup dalam makanan akibat proses masak yang tidak maksimal.

Sedangkan terkait kepercayaan masyarakat jika daging kelelawar dapat mengobati asma, ia masih belum bisa memastikannya. Menurutnya hingga kini belum ada penelitian secara medis.

Pihaknya lebih menekankan pada ajakan untuk menerapkan hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada warga Ngawi agar terhindar dari berbagai penyakit yang berbahaya bagi kesehatan. "Dengan menerapkan PHBS sehari-hari maka kondisi badan kita akan sehat. Jika kondisi tubuh sehat, daya tahan maksimal, maka akan terhindar dari berbagai macam penyakit," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement